Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jelajah Masjid Unik dan Jakarta Islamic Centre di Jakarta Utara

26 Juni 2018   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2018   20:09 3322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian samping masjid Ramlie Musofa. (dok.windhu)

Masjid Babah Alun yang terletak di Papanggo, Jakut sangat kental nuansa oriental (dok. windhu)
Masjid Babah Alun yang terletak di Papanggo, Jakut sangat kental nuansa oriental (dok. windhu)
Mulai dari bentuk bangunan, atap, hingga pintu masuknya yang unik dan khas. Di atas pintu berwarna cokelat besar itu, ada nama masjid Babah Alun dengan menggunakan Bahasa Mandarin.

Pintu masuk ini berwarna coklat besar, dilengkapi ukiran nama Masjid Babah Alun yang menggunakan Bahasa Mandarin di atas pintu. Masji Babah Alun didirikan oleh seorang pengusaha mualaf keturunan Tionghoa Muhammad Jusuf Hamka.

Unik karena semua keterangan tertulis dalam tiga bahasa. Di ruang wudhu, juga terdapat tata cara dan gerakan wudhu. Namun gambarnya menggunakan orang berpakaian dan berpenampilan mandarin.

Bila memasuki area dalam masjid, pengunjung masih bisa menyaksikan kaligrafi dengan bahasa Mandarin untuk 99 Asmaul Husna. Kekhasan yang dimiliki masjid yang dibangun pada tahun 2017 ini adalah keunikannya. "Baru kali ini datang ke masjid yang nuansa Tionghoa-nya terasa sekali," kata Siti, salah seorang kawan yang menjadi barengan.

Tata cara wudhu dengan gambar dan tulisan dalam 3 bahasa (dok.windhu)
Tata cara wudhu dengan gambar dan tulisan dalam 3 bahasa (dok.windhu)
Jakarta Islamic Centre

Usai mengunjungi Masjid Ramlie Musofa dan Masjid Babah Alun, perjalanan berlanjut ke Jakarta Islamic Centre (JIC), yang berada di Koja. Di lokasi ini, tak hanya masjid yang ada. Banyak kegiatan lain dilakukan di lahan yang sangat luas mencapai 109 m2. Mulai dari kegiatan keagamaan hingga sekedar berkunjung.

Dulunya, lokasi masjid ini berdiri adalah tempat lokalisasi Kramat Tunggak dan terkenal sebagai tempat pelacuran terbesar di Jakarta sejak tahun 1970. Namun, semua itu berubah sejak tahun 1999, ketika zaman Gubernur Sutiyoso menutup lembaran kelam lokasi yang dulunya digunakan mencari nafkah para pekerja seks komersial (PSK). Mengubahnya menjadi tempat ibadah dan kegiatan yang positif bagi masyarakat.

Di area halaman masjid JIC, banyak masyarakat yang duduk-duduk, baik laki-laki dan perempuan. Anak-anak kecil berlarian ataupun para bayi yang sedang belajar merangkak di halaman masjid yang memang luas dan sejuk. Pandangan mata memang terasa sangat lapang.

Megahnya bagian dalam masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) (dok.windhu)
Megahnya bagian dalam masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) (dok.windhu)
Masjidnya memang sangat luas. Di JIC, nuansa Betawi yang lebih terasa. Itu terlihat dari ornamen-ornamen yang ada. Di area dalam masjid pun sangat kental. Ada dua replika Al Quran Mushaf Jakarta di sisi kiri dan sisi kanan ruangan dalam masjid. Buku-buku keagamaan juga tampak berjajar rapi di rak kecil yang ada. Ada dua buah jam besar. Mimbar imam yang luas terlihat oleh para jemaah.

Saat kami datang, sayangnya ada pengumuman peringatan untuk hati-hati melintas di area menara masjid JIC karena kondisi kubah menara masjid yang miring. Ah ya, kondisi ini bisa saja membahayakan pengunjung yang kebetulan melewati bawah kubah. Semoga cepat diperbaiki.

Kubah masjid JIC yang miring (dok.windhu)
Kubah masjid JIC yang miring (dok.windhu)
Masih Banyak Masjid Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun