Nah saat berkunjung, menggunakan alat pengaman diri (APD) merupakan hal yang wajib bila berada di dalam lingkungan proyek. Karena itu, semua yang datang  wajib menggunakan helm, rompi, dan sepatu proyek. Kalau pekerja, malah perlu melengkapinya dengan sarung tangan dan tali jika bekerja di ketinggian.
Salah seorang perempuan calon pengunjung terowongan MRT, yang jadi barengan saya, nyaris nggak diperkenankan masuk ke dalam lingkungan proyek. Dia menggunakan sepatu fantovel perempuan, yang sudah pasti tidak pas dan tidak bisa digunakan di lingkungan proyek.
Paling aman sih pakai ransel. Jangan tas yang dicangklong di pundak, apalagi tas tangan. Nanti isi tas juga diperiksa dulu untuk memastikan tidak membawa suatu hal yang dianggap mencurigakan.
Sesuai dengan arahan dari petugas MRT yang mendampingi kami, secara beriringan dan tetap dalam satu barisan, kami yang bersepuluh orang dan dua pendamping MRT, Â mulai memasuki bawah MRT. Â Tidak boleh terpencar dengan wanti-wanti karena jika terjadi sesuatu sudah pasti sebagai pengunjung tidak akan tahu jalur evakuasi.
MRT dibangun dengan double tunnel (dua terowongan) . Masing-masing terowongan merupakan single track. Dua buah terowongan besar  terlihat di lokasi proyek MRT yang luas langsung terlihat.
Saat kunjungan, saya dan teman-teman menyaksikan kegiatan pembongkaran mata bor mustikabumi 2 di Stasiun Setiabudi. Â Selesai sudah pekerjaan empat mata bor yang telah bekerja non stop selama 24 jam kecuali hari minggu untuk perawatan. Keempat bor, yakni Antareja 1, Antareja 2, Mustikabumi 1 dan Mustikabumi 2. telah bertemu di Stasiun Setiabudi. Â
Total panjang terowongan yang dikerjakan oleh bor-bor itu sekitar 1.400-2.600 meter dengan diameter setinggi  6,69 meter. Bor Mustikabumi 1 dan 2  telah melakukan penggalian untuk pembuatan terowongan jalur bawah tanah MRT dari arah Bundaran HI ke Stasiun Setiabudi sejak awal Maret 2016. Sedangkan bor Antareja I dan Antareja II bekerja sejak September 2015 dari arah Patung Pemuda ke Setiabudi.
Buat saya, ternyata saat berada di lingkungan proyek cukup panas hawanya dan membuat berkeringat. Namun, para pekerja terlihat terbiasa. Sejumlah pekerja mengangkati trey (untuk kabel) yang panjang dan berat  secara bergantian.  Mereka tetap terlihat professional kendati ada kelompok masyarakat yang sedang mengunjungi terowongan bawah tanah MRT. Bulir-bulir keringat terlihat di dahi dan kening pekerja.