Untungnya lagi, nilai ekspor Indonesia juga tidak terlalu besar. Menurut Dody, siklus bisnis memang mengalami penurunan di 3 quarter 2016 disebabkan pelemahan konsumsi dan ekspansi pemerintah. Namun, dari sisi neraca pembayaran justru membaik karena ditopang oleh portfolio inflow.Meskipun kinerja fiskal berisiko Shortfall tetapi tetap Manageable. Dari sisi kebijakan Moneter, Bias Longgar dapat Dipertahankan selama Kondisi Makro Ekonomi dan SSK Mendukung.Indonesia relatif Sound
Dody menyampaikan, dalam risk manajemen ada 8 risiko, tapi untuk perbankan dua hal yang menjadi utama dan sangat penting,yakni risiko likuiditas dan kredit. Likuiditas relatif tinggi didukung bias longgar kebijakan moneter. Untuk perkembangan jumlah uang beredar, masyarakat lebih memilih cash.
Jan Hendra, sekretaris perusahaan BCA mengatakan, tantangan terhadap perekonomian nasional terutama berkaitan dengan perlambatan ekonomi dunia memang masih membayang di tahun depan. Namun, beberapa sektor di dalam negeri diprediksi bakal tetap bertumbuh. Sektor-sektor itu terutama bertumpu pada belanja rumah tangga, manufaktur, infrastruktur, pariwisata dan industri kreatif, serta perdagangan berbasis online. Perbankan berperan dalam penguatan fundamental ekonomi dalam negeri .
Jan menambahkan, peran perbankan meluas sejalan dengan gencarnya implementasi literasi dan inklusi keuangan yang mendorong masyarakat untuk menggunakan layanan perbankan. Tentu saja, perbankan juga perlu semakin meningkatkan kualitas layanan dan solusi perbankan.
Tahun 2017 tinggal selangkah lagi. Tahun depan dapat dikatakan sebagai tahun bottoming up, tahun rebound, atau tahun curi start. Optimis pertumbuhan ekonomi tahun depan 5,2 atau 5,3 %. Jadi, yuk siapkan diri melakukan yang terbaik !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H