Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengenal Peran Mikroorganisme Alami untuk Pengelolaan Air Bersih di IPA PALYJA Cilandak

14 Desember 2016   23:25 Diperbarui: 14 Desember 2016   23:43 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengukur level banjir berwarna kuning seperti penggaris sebagai penanda banjir yang selalu melanda IPA Cilandak sejak tahun 2006 (dokpri)

Bau menyengat dan busuk tercium dari berbagai jenis sampah yang menumpuk di bak penampungan sampah, yang terletak di dekat Kali Krukut dalam Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak, PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) Jakarta. Tak jauh dari bak sampah, air sungai Kali Krukut berwarna cokelat pekat tampak mengalir.

“Setiap harinya petugas kami mengangkut sekitar 6 M3 sampah. Sekarang, apa saja yang ada kami angkut, mulai dari kasur, matras, hingga bangkai binatang,” kata Rizky Darmadi Galuh,Kepala IPA Cilandak, saat visit Kompasiana ke IPA Cilandak, 7 Desember 2016.

Tumpukan sampah yang diambil dari Kali Krukut mendapai 8-16 ton sehari. Mayoritas berasal dari limbah rumah tangga (dokpri)
Tumpukan sampah yang diambil dari Kali Krukut mendapai 8-16 ton sehari. Mayoritas berasal dari limbah rumah tangga (dokpri)
Air sungai penuh sampah merupakan rutinitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh petugas IPA Cilandak. Jumlah sampah semakin meningkat dengan jenis sampah juga semakin beragam. Rata-rata 6-8 ton sampah setiap harinya harus diangkut. Semakin hari kualitas air Kali Krukut semakin buruk.

Kali krukut mengandung kadar polutan yang tinggi. Kadar amonium, deterjen,dan  mangan yang sebagian besar bersumber dari limbah rumah tangga. Padahal, air Kali Krukut merupakan air baku yang digunakan untuk IPA PALYJA . Sumber air yang diolah menjadi air bersih untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Jakarta.

Melihat sampah yang menumpuk dan bau busuk yang menyengat, rasa miris timbul di hati. Dari Kali Krukut yang mengandung polutan tinggi itulah, warga Jakarta menggunakannya  untuk keperluan hidup sehari-hari. Bahkan untuk air minum ! Namun tak perlu khawatir, air Kali Krukut telah diolah sehingga layak untuk diminum.

Air baku dari Kali Krukut dialirkan melalui intake untuk dilakukan pengolahan air di IPA Cilandak (dokpri)
Air baku dari Kali Krukut dialirkan melalui intake untuk dilakukan pengolahan air di IPA Cilandak (dokpri)
Membuat Air Berpolutan Layak Minum

Memang Jakarta memiliki 13 sungai. Namun, hanya dua sungai yang dapat digunakan sebagai sebagai air baku, yaitu Kali Krukut (4 %) dan Sungai Cengkareng Drain (1,7%). Sumber air baku wilayah Jakarta lainnya sebanyak  94,3 % berasal dari luar Jakarta, yakni Waduk Jatiluhur (62,5%), IPA Serpong (3,1%) dan Cikokol (0,8).

Meski menjadi sumber bahan baku untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak,  Kali Krukut tercemar polutan. PALYJA mengupayakan sebuah investasi dan inovasi teknologi, yakni memanfaatkan bakteri alami dalam proses pengolahan air minum.

Penerapan teknologi dilakukan di dua dari empat IPA, yakni IPA Taman Kota dan IPA Cilandak. Bila IPA Taman Kota menerapkan teknologi Biofiltasi, IPA Cilandak menggunakan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).

Merytha Maryanie, Kepala Corporate Communication & Social Responsibilities PALYJA memberikan penjelasan mengenai PALYJA (dokpri)
Merytha Maryanie, Kepala Corporate Communication & Social Responsibilities PALYJA memberikan penjelasan mengenai PALYJA (dokpri)
Untuk mengetahui teknologi MBBR  dan seperti apa peran bakteri alami dalam proses pengolahan air minum itulah dilakukan kunjungan ke IPA PALYJA. Kunjungan ini merupakan rangkaian terakhir setelah dua kunjungan sebelumnya, yakni  IPA Pejompongan dan IPA Taman Kota.

Sebelum ke  IPA Cilandak, sebanyak 20 kompasianer memperoleh penjelasan mengenai PALYJA  dari Meyritha Maryanie, Kepala Corporate Communication & Social Responsibilities PALYJA. Selain juga diberikan pemaparan mengenai teknologi MBBR dari  Emma Nedi.

Emma Nedi menyayangkan masyarakat masih menganggap sungai sebagai tempat sampah tersebesar. Akibatnya, selain berkualitas buruk,  sungai-sungai di Jakarta semakin dangkal dan menjadi penyebab banjir.

Sejak awal Tahun 2016, PALYJA menggunakan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) yang memanfaatkan mikroorganisme alami yang hidup di dalam air untuk mengeliminasi polutan amonia, deterjen, dan mangan.

Ibu Emma Nedi menjelaskan mengenai MBBR (dokpri)
Ibu Emma Nedi menjelaskan mengenai MBBR (dokpri)
Apa itu MBBR?

MBBR merupakan teknologi pertama di Asia Tenggara. PALYJA menjadi operator pengolahan air pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi ini, mengadopsi dari SUEZ, selaku pemegang saham PALYA terbesar.

Sebelumnya, MBBR pertama kali digunakan oleh PALYJA di instalasi pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat pada Tahun 2015, yang diresemikan pembukaannya oleh Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama.

Hasil pengolahan air sungai di Instalasi Pengambilan Air Baku Banjir Kanal Barat dengan teknologi MBBR menunjukkan sebanyak 87 % polutan amonium, deterjen, dan mangan dapat dihilangkan.

Mengingat IPA Cilandak hanya didesain untuk mengolah air secara konvensional dan bukan untuk mengolah air baku dengan kadar polutan tinggi, maka teknologi MBBR pun diterapkan di IPA Cilandak.

Teknologi MBBR di IPA Cilandak sedang memasuki percobaan/trial sebelum digunakan sepenuhnya dalam proses pengolahan air bersih. Sejak awal tahun 2016 hingga bulan Desember 2016,  pengerjaannya telah mencapai 95 %.Penerapan teknologi MBBR di IPA Cilandak diharapakan dapat menurunkan konsentrasi amobia hingga mencapai 70 % dengan kadar amonia dalam air baku mencapai 3 mg/L.

Pengukur level banjir berwarna kuning seperti penggaris sebagai penanda banjir yang selalu melanda IPA Cilandak sejak tahun 2006 (dokpri)
Pengukur level banjir berwarna kuning seperti penggaris sebagai penanda banjir yang selalu melanda IPA Cilandak sejak tahun 2006 (dokpri)
IPA Cilandak, Dari Kali Krukut Hingga Air Bersih

Rombongan Kompasianer tiba di IPA Cilandak siang hari. Deretan pepohonan yang teduh langsung menyapa. Satu pemandangan yang sangat mencolok di depan mata adalah banyaknya penanda level banjir.

Kepala IPA Cilandak Rizki Galuh Darmadi mengatakan, IPA Cilandak yang terletak di JL. RA Kartini, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu,Jakarta Selatan,  selalu mengalami banjir sejak tahun 2006. Semakin lama ketinggian banjir semakin meningkat. Pada 17 Agustus 2016 lalu, luapan Kali Krukut yang mencapai ketinggian 4,2 meter, memaksa IPA Cilandak untuk menghentikan produksi selama satu minggu. Saat itu, sebanyak 32 daerah tidak dapat memperoleh pasokan air bersih.

Rizky Galuh Darmadi, Kepala IPA Cilandak mendampingi para kompasianer (dokpri)
Rizky Galuh Darmadi, Kepala IPA Cilandak mendampingi para kompasianer (dokpri)
Wah, pantas saja penunjuk level banjir ada di beberapa lokasi di IPA Cilandak! Sebelum  berkeliling meninjau IPA Cilandak yang memiliki luas area 95.367 m2, setiap kompasianer diberikan alat pelindung diri (APD) berupa helm berwarna hijau dan memperoleh petunjuk mengenai tindakan yang perlu diambil saat terjadi bahaya kebakaran atau keracunan klorin oleh Alfi Sugianto, petugas IPA Cilandak.

Dengan didampingi Rizky Darmadi dan Alfi, dua wakil IPA Cilandak, para kompasianer berkeliling di IPA Cilandak yang telah beroperasi sejak tahun 1977 ini dengan produksi awal sebanyak 200 liter per detik.

Saat ini IPA Cilandak beroperasi selama 24 jam non stop dengan 17 tenaga operasional. Kunjungan Kompasianer dimulai dari Kali Krukut yang merupakan bahan baku air bersih IPA Cilandak.

Saat menuju Kali Krukut yang berbatasan langsung dengan pagar IPA Cilandak itulah, bak sampah besar yang penuh beraneka sampah berbau terlihat langsung. Menurut Rizky Darmadi,Kali Krukut menghadapi masalah semakin dangkal selain sampah  “Dulu ketinggiannya sama. Sekarang Kali Krukut lebih tinggi 80 cm karena endapan,” kata Rizky.

Kolam berisi air baku di IPA Cilandak (dokpri)
Kolam berisi air baku di IPA Cilandak (dokpri)
 

Bagaimana sistem pengolahan air di IPA Cilandak?

Melihat langsung sistem pengolahan air di IPA Cilandak merupakan sebuah pengalaman berharga karena harus menaiki tangga karena sistem pengolahannya berada pada ketinggian 2-5 M. Uraiannya sebagai berikut :

Kali Krukut sebagai Air Baku

Air yang berasal dari Kali Krukut merupakan bahan baku utama untuk pengolahan air bersih di IPA Cilandak. Airnya mengandung polutan amonia, deterjen dan mangan yang mayoritas berasal dari limbah rumah tangga selain limbah industri.

Air baku dari Kali Krukut dialirkan menuju bak prasedimentasi 1 dan prasedimentasi 2 (dokpri)
Air baku dari Kali Krukut dialirkan menuju bak prasedimentasi 1 dan prasedimentasi 2 (dokpri)
Petugas IPA Cilandak harus mengambil 8-16 juta ton sampah setiap harinya untuk mengatasi permasalahan itu. Saat musim hujan, IPA Cilandak terkena banjir. Saat musim kemarau dengan kuantitas air kurang, kualitas air pun ikut berkurang.

Pada tahun 2015,  kandungan amonia air baku jauh di batas standar kadar amonia pengolahan air bersih mencapai 7 mg/L. Berdasarkan standar Keputusan Gubernur No.582 tahun 1995, kandungan amonium  seharusnya 1 mg/L. IPA Cilandak sempat menurunkan produksi hingga 50 % karena air bersih yang dihasilkan memiliki kualitas yang tidak terlalu beda dengan awalnya.

Melalui intake, air baku dari Kali Krukut yang mengandung polutan mengalir menuju bak prasedimentasi 1 dan prasedimentasi 2 sebelum kemudian masuk dalam proses pengolahan air bersih.

Air baku Kali Krukut (dokpri)
Air baku Kali Krukut (dokpri)
 Bak Prasedimentasi

Lokasi Moving Bed Biological Reactor (MBBR), yakni teknologi yang memanfaatkan mikroorganisme alami yang hidup di dalam air untuk menghilangkan polutan amonium, deterjan dan mangan berada pada area prasedimentasi.Ada dua bak prasedimentasi, yakni prasedimentasi 1 dan prasidementasi 2 dengan kedalaman 2,7 meter.   

Darimana datangnya mikroorganisme alami? Menurut Rizky Darmadi, semuanya telah disediakan alam. Hanya saja, diperlukan media bio ball dari HDPE material sebagai tempat tinggal mikroorganisme alami dengan area 500 m2/m3.

Proses MBBR dilakukan pada bak prasedimentasi yang terlihat bergejolak airnya karena dilengkapi dengan sistem aerasi, agar mikroorganisme bisa tetap hidup (dokpri)
Proses MBBR dilakukan pada bak prasedimentasi yang terlihat bergejolak airnya karena dilengkapi dengan sistem aerasi, agar mikroorganisme bisa tetap hidup (dokpri)
Untuk menjaga mikroorganisme alami tetap hidup dalam proses MBBR, dibutuhkan oksigen terlarut sebesar 5 mg/L. Saat dilihat, bak prasedimentasi tampak beriak airnya. Hal ini karena MBBR dilengkapi dengan sistem Aerasi dengan menggunakan blower.  

Mikroorganisme alami hidup akan memakan semua polutan yang ada dan diharapkan mampu menurunkan sampai 70 % konsentrasi ammonium dalam air baku sekitar 3 mg/L.Selain aerasi, tindakan lain yang dilakukan adalah melalui pemberian karbon hitam.

Inilah Bioball tempat mikrooganisme yang melahap polutan diberikan tempat tinggal (dokpri)
Inilah Bioball tempat mikrooganisme yang melahap polutan diberikan tempat tinggal (dokpri)
Pengolahan Air Bersih Plant Lama (Konvensional)

Pengolahan air bersih plant lama IPA Cilandak memiliki total produksi 200 lps. Pada plant lama, terdapat 2 unit tahap pengadukan (mixing) untuk membentuk flok (pengadukan cepat dan lambat), 2 unit pengendapan lumpur/sedimentasi untuk memisahkan lumpur dan air bersih, dan 6 unit penyaringan air bersih dari polutan  yang tersisa sebelum masuk ke reservoir.

Plant lama IPA Cilandak terdiri atas plant1 dan plant2 yang masing-masing mengahasilkan 100 lps (dokpri)
Plant lama IPA Cilandak terdiri atas plant1 dan plant2 yang masing-masing mengahasilkan 100 lps (dokpri)
Plant1 IPA Cilandak (dokpri)
Plant1 IPA Cilandak (dokpri)
Penyaringan air bersih dari polutan dilakukan sebelum masuk ke dalam reservoir (dokpri)
Penyaringan air bersih dari polutan dilakukan sebelum masuk ke dalam reservoir (dokpri)
Pengolahan air bersih Plant Baru (unit Compact Degreemont/UCD 720)

Pada plant baru UCD, total produksi mencapai 200 lps. Di plant UCD ini, terdapat 3 unit tahap pengadukan (mixing) untuk membentuk flok (pengadukan cepat dan lambat), 1 unit pengendapan lumpur /sedimentasi untuk memisahkan lumpur dan air bersih, dan 3 unit penyaringan air bersih dari polutan yang tersisa sebelum masuk ke reservoir.

Yang membedakan dengan Plant Lama adalah pada UCD menggunakan sistem penyaringan dengan tangki bertekanan tinggi berbentuk kasus dan memiliki tekanan operasional 3 bar. Tangki ini tinggi dan besar.

Pada UCD, dilakukan tahapan pengadukan, pengebndapan lumpur/sedimentasi, dan penyaringan air bersih (dokpri)
Pada UCD, dilakukan tahapan pengadukan, pengebndapan lumpur/sedimentasi, dan penyaringan air bersih (dokpri)
Reservoir  

Reservoir atau tempat menampung. Ada dua unit reservoir yang ada dengan kapasiatas 1.000 m3.  Sebelum air didistribusikan di reservoir dilakukan proses pembubuhan chlorine yang dinamakan proses desinfeksi untuk membunuh semua bakteri yang terdapat dalam air bersih yang dihasilkan.

Pembubuhan chlorine atau desinfeksi dilakukan untuk membunuh bakteri dalam air dan diditribusikan ke pelanggan. Keran ini menyala 24 jam 7 hari seminggu untuk mengontrol kualitas air bersih IPA Cilandak (dokpri)
Pembubuhan chlorine atau desinfeksi dilakukan untuk membunuh bakteri dalam air dan diditribusikan ke pelanggan. Keran ini menyala 24 jam 7 hari seminggu untuk mengontrol kualitas air bersih IPA Cilandak (dokpri)
Penggunaan chlorine ini sangat ampuh, menurut Rizky Darmadi. Ada dua reservoir, yakni Reservoir 1  yang menampung air bersih dari olahan Plant lama dan reservoir 2 yang menampung air bersih hasil olahan Plant UCD 720. Kedua hasil olahan plant ini kemudian terkoneksi pipa berdiameter 300 mm sebelum didistribusikan ke pelanggan PALYJA.

Rizky Darmadi, Kepala IPA Cilandak menjamin hasil pengolahan air bersih dari IPA Cilandak sangat layak minum. Meski demikian, ketersediaan air baku pengolahan air  tetap paling utama karena hingga kini masih defisit air bersih sebesar 9.100 liter/detik.. Mengingat polutan terbesar sungai Jakarta berasal dari rumah tangga, sudah saatnya memulai menangani sampah dari rumah untuk air bersih Jakarta!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun