Sebanyak 13 sungai ada di Jakarta. Namun, hanya dua sungai yang dapat digunakan sebagai sebagai air baku, yaitu Kali Krukut dan Sungai Cengkareng Drain. Itupun dalam kondisi kualitas yang semakin lama semakin berkurang.
SUNGAI Cengkareng Drain yang terletak persis di seberang stasiun pompa RW 04, Kembangan Utara membentang di depan mata. Intake (pintu masuk air) Cengkareng Drain, sebagai sumber bahan baku air bersih Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) Taman Kota, ada di dekat tembok samping sungai.
Di pinggir sungai sebelah kanan intake, terlihat seorang bapak memegang alat pancing. Di sebelah kiri intake, asap putih dari bakaran sampah masih mengepul. Pengukur ketinggian air sungai berdiri memancang. Air sungai berwarna terlihat cokelat pekat.
“Tiap hari, setiap pagi dan sore, ada yang menyelam untuk mengambil sampah-sampah yang ada di sungai Cengkareng Drain,” kata Febri, petugas dari IPA Taman Kota, yang menemani Kompasiana Visit di IPA Taman Kota, 3 November lalu.
Air laut menjadi hambatan dalam proses pengolahan air bersih di IPA Taman Kota. Air laut dapat membunuh mikroorganisme alami yang digunakan dalam teknologi Biofiltrasi. Teknologi yang dikembangkan oleh PALYJA pada tahun 2012.
Kunjungan ke intake sungai Cengkareng Drain merupakan rangkaian terakhir Kompasiana Nangkring di IPA Taman Kota selama satu hari, yang bertema Optimasi Instalasi dengan Pengembangan Teknologi sebagai Solusi Defisit Air Bersih di Jakarta. Sebelumnya, para kompasianer berkeliling melihat proses pengolahan air di IPA Taman Kota dan mengikuti penjelasan di IPA Pejompongan.
Budi Susilo, Direktur Customer Service PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) mengungkapkan, ketersediaan air bersih yang layak untuk warga Jakarta sangatlah penting. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa adanya air bersih. “Kita tidak akan kuat kalau tidak minum,” ujarnya saat pemaparan kepada kompasianer di IPA Pejompongan.
Namun sayangnya, kata Budi, jumlah yang ada pun tidak cukup. Survei PAM Jaya yang dilakukan bersama 2 operator air bersih, yakni PALYJA dan AETRA menunjukkan adanya defisit ketersediaan air sebesar 9.100 liter per detik.
Menurut Meyritha Maryanie, Corporate Communicatuins and Social Responsibility Division Head PALYJA, air baku memegang peranan. Dari keseluruhan total air bersih, sumber air bakunya berasal dari sungai Jakarta (5,7 %) yakni Sungai Cengkareng Drain (1,7%) dan Kali Krukut (4%). Sementara dari luar kota (94,3%), berasal dari Waduk Jatiluhur (62,5%), membeli dari PDAM Tangerang, yakni IPA Serpong (31%), dan Cikokol (0,8%).
Optimalkan Produksi dengan Pengembangan Teknologi
Mengoptimalkan produksi air bersih di instalasi pengolahan air bersih (IPA) menjadi pilihan PALYJA mengingat kondisi dan ketersediaan air baku yang terbatas. Inovasi berbagai teknologi pun dikembangkan. Salah satunya yang dilakukan di IPA Taman Kota dengan menggunakan teknologi Biofiltrasi.
Selain IPA Taman Kota sebagai tempat pengolahan air baku menjadi air bersih dengan produksi 150 liter per detik, PALYJA memiliki 3 IPA lain, yakni IPA 1 Pejompongan (2.000 liter/detik), IPA 2 Pejompongan (3.600 liter/detik), dan IPA Cilandak (400 liter/detik).
Untuk tempat penampungan air bersih sementara yang berasal dari PDAM Tangerang terdapat Distribution Central Reservoir (DCR) 4 sebanyak 2.000 liter/detik dan DCR 5 sebanyak 1.000 liter/detik. Juga terdapat instalasi pengambilan air baku Kanal Banjir Barat (5500 liter/detik).
Dijelaskannya inovasi teknologi terkini ada di instalasi pengambilan air baku kanal banjir barat, yang diresmikan bulan Mei 2015 oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) mampu meningkatkan kapasitas produksi IPA Pejompongan dari 8.800 liter/detik menjadi 9.200 liter per detik. Teknologi ini merupakan yang pertama di Asia Tenggara dan Indonesia di bidang pengolahan air, yang menggunakan mikroorganisme alami.
Bagaimana dengan pengolahan air di IPA Taman Kota? Teknologi yang dikembangkan dengan nama Biofiltrasi telah membuat IPA Taman Kota dapat beroperasional kembali pada tahun 2012. Sebelumnya, IPA Taman Kota sejak tahun 2007 tidak dapat beroperasi karena kualitas air sungai Cengkareng Drain yang sangat buruk dengan kandungan amonium yang tinggi.
Enam Tahapan Proses Pengolahan Air di IPA Taman Kota
Teknologi Biofiltrasi berhasil dikembangkan oleh PALYJA bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dengan supervisi dari SUEZ selaku induk perusahaan yang memegang saham sebesar 51 %, selain Astratel Nusantara (Astra International) sebanyak 49 %.
Kunjungan ke IPA Taman Kota telah membuka wawasan mengenai enam tahapan proses pengolahan air yang dilakukan. Febri, salah seorang petugas IPA Taman Kota dengan telaten menjelaskan tahapan-tahapannya. Para kompasianer, termasuk saya menggunakan helm berwarna hijau, dibagi dua rombongan untuk mengelilingi IPA Taman Kota.
Enam tahapan proses pengolahan air di IPA Taman Kota, yakni
1. Penerimaan air baku
Sumber air baku untuk IPA Taman Kota berasal dari Sungai Cengkareng Drain. Jarak intake (pintu masuk) ke Cengkareng Drain sekitar 1,5 KM. Kondisi air sungai Cengkareng Drain penuh polutan, yakni mengandung kadar amonia tinggi, deterjen, dan limbah rumah tangga.
Saat di IPA Taman Kota, terdapat bak-bak penampungan air yang memiliki fungsi masing-masing sebagai bagian proses pengolahan air bersih.Inilah bak pertama. Koagulasi merupakan proses pengadukan cepat dengan menggunakan koagulan (zat kimia tertentu) agar partikel-partikel padat dalam air saling berbenturan dan membentuk flok-flok (gumpalan halus).
Selain itu juga dilakukan flokulasi, yaitu proses pengadukan lambat yang tujuannya memperbesar ukuran flok (gumpalan) sehingga dapat lebih mudah mengendap dikarenakan perbedaan berat jenis.
Pada bak selanjutnya, dilakukan proses pemisahan lumpur dan air bersih dengan bantuan plate settler untuk mempermudah pengendapan.
4. Biofiltrasi
Pada bak selanjutnya dilakukan Biofiltasi, yang merupakan proses removal polutan amonium, detergen, dan mangan dengan menggunakan mikroorganisme alami yang hidup dalam air. Mikroorganisme alami dalam teknologi Biofiltrasi hidup dalam pada lapisan biofilm yang ada dalam media crosspack. Untuk menjaga mikroorganisme tetap hidup dan bekerja efektif dalam meremoval polutan, digunakan blower dan difusser untuk menghembuskan dan menjaga kandugan oksigen terlarut.
5. Fitltrasi (Penyaringan)
Proses yang dilakukan untuk menyaring sisa partikel yang kemungkinan masih terbawa dalam air bersih keluaran dari Biofilter dengan menggunakan medua penyaring pasir silika Untuk menjaga fungsi pasir silika dalam kondisi 100 % sebagai media penyarigan, maka dilakukan proses backwash setiap 24 jam sekali.
6. Desinfeksi
Proses terakhir desinfeksi merupakan proses removal bakteri dengan menggunakan zat kimia chlorine dengan durasi waktu 1 jam. Tidak semua chlorine hilang dalam proses ini. Tetap disisakan sesuai peraturan yang berlaku agar dalam distribusi air bersih ke pelanggan juga proses removal bakteri terus berjalan, sehingga air bersih dapat dikonsumsi, sesuai dengan Permenkes no 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Vita Chandra Dewi, Kepala IPA Taman Kota, yang tengah hamil tua dan saat visit Kompasiana merupakan hari terakhirnya bekerja sebelum cuti mengatakan, menjaga air sungai tetap bersih sangat penting meskipun adanya teknologi canggih untuk mengolah air bersih.
Dikatakannya, program pembersihan 13 sungai yang dijalankan Pemda Jakarta terbukti cukup membantu untuk mengurangi kadar limbah air sungai. Jadi, yuk jaga sungai dari limbah dan kotoran agar ketersediaan air bersih untuk warga Jakarta selalu terjamin.
@riapwindhu
Berikut Video Kegiatan Kompasiana Visit PALYJA di
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H