Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Industrialisasi Perkebunan dan Pemerdekaan

11 Mei 2016   20:51 Diperbarui: 11 Mei 2016   20:57 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beras adalah komoditas paling penting di Indonesia. Negara ini memiliki tingkat konsumsi beras yang tinggi (gambar:tribunnews.com)

Beras adalah komoditas paling penting di Indonesia. Negara ini memiliki tingkat konsumsi beras yang tinggi (gambar:tribunnews.com)
Beras adalah komoditas paling penting di Indonesia. Negara ini memiliki tingkat konsumsi beras yang tinggi (gambar:tribunnews.com)
Teh Indonesia pun tertinggal dibandingkan dengan Srilangka, India, dan Kenya. Perusahaan perkebunan teh India, Tata Tea tidak cuma sukses di negaranya tetapi juga mampu membeli Tetley, perusahaan terbesar di Inggris yang bergerak di bidang pertehana.

Untuk memajukan industri teh, CEO Tata Tea memaknai teh bagi India. Teh merupakan simbol kemerdekaan bagi India. Negara ini dianggap telah merdeka perkebunannya karena sudah bisa menjual sendiri tehnya di pasar eropa tanpa melalui broker atau hanya menjual teh di pasar India

Kebijakan Perkebunan Indonesia

Pada tahun 1975, Indonesia membuat keputusan besar dalam bidang pergulaan, yakni dengan ditetapkannya Inpres No. 9 tahun 1975 tentang Tebu Rakyat Intensifikasi. Inpres yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani tebu, peningkatan produksi gula, dan mencapai swasembada gula konsumsi rumah tangga.

Teh merupakan simbol kemerdekaan bagi India. Negara Indonesia dapat belajar pemerdekaan komoditas teh dari negara ini (gambar:bisnis.com)
Teh merupakan simbol kemerdekaan bagi India. Negara Indonesia dapat belajar pemerdekaan komoditas teh dari negara ini (gambar:bisnis.com)
Kala itu, kebijaksanaan ini telah menempatkan petani tebu sebagai raja di tanahnya sendiri. Saat krisis ekonomi tahun 1998,  inpres no 9 tahun 1975 dicabut dan ditetapkan inpres no 5 tahun 1998. Kondisi pergulaan Indonesia terpuruk. Pada tahun 1999, hanya 1,94 juta ton. Kebijakan tahun 1975 tidak bisa membawa Indonesia ke tujuan awal dikeluarkannya inpres tersebut. Harga gula impor lebih rendah daripada biaya produksi gula.

Konsep pembangunan perkebunan Perusahaan Inti Rakyat (PIR) pada tahun 1980  tidak bisa membuat petani peserta PIR mengembalikan pinjaman. Pekebun Kelapa Sawit meski dapat mengembalikan hutang tetapi kesulitan untuk penanaman ulang.

Perkebunan Menyatukan Bangsa

Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat abad ke-16, menyatakan bahwa pertanian adalah sarana saling bertemu, saling bersaudara. Pertanian yang memajukan Amerika. Pertanianlah yang menyatukan Amerika. Pertanian melahirkan persaudaraan dan persahabatan.

Pertanian adalah penentu kemerdekaan.(sumber:pertanian.go.id)
Pertanian adalah penentu kemerdekaan.(sumber:pertanian.go.id)
Abraham Lincoln merupakan contoh presiden yang melahirkan tiga pondasi kerja bagi pertanian AS khususnya, dan perekonomian AS pada umumnya. Ketiga pondasi itu adalah  mendirikan Kementrian Pertanian AS, semacam land reform yang menyediakan lahan pertanian dengan ukuran per unit 65 ha (Homecstead 1862) , dan Morill Act 1862 yang menjadi landasan berdirinya universitas berbasis pertanian di seluruh AS.

Di Jepang, Kaisar Tokugawa pada tahun 1600-an melakukan reformasi masyarakat Jepang. Kaum petani ditempatkan pada lapisan kedua setelah samurai, setelah itu industriawan (III) dan pedagang (IV). Tokugawa memandang jika ketahanan nasional akan lemah apabila petaninya lemah. Untuk itu, kesejahteraannya dan statusnya lebih dulu ditingkatkan.

Presiden Soekarno pada peletakkan batu pertama Fakultas Pertanian IPB  tahun 1962 mengatakan, pangan rakyat adalah soal hidup dan mati bangsa. Kelaparan, kemiskinan, ketertinggalan atau bentuk kondisi sosial ekonomi lainnya, yang senada merupakan bentuk ketidakmerdekaan. Pertanian adalah penentu kemerdekaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun