Saya pun mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu untuk membayar Es Goyang. Bapak itu menolaknya dan mengembalikan Rp.5000.
“Neng cuma beli satu. Cukup bayar Rp.5000 saja untuk satu Es Goyang,” katanya.
“Nggak apa-apa, pak ! Es Goyang yang saya coba kan dua. Ambil saja,” balas saya, mengingat harga Es Goyang yang murah Rp.5000 dan dibeli di pinggir jalan.
Bapak itu tetap bersikeras tidak mau.
"Nanti Bapak rugi, lho..!" tukas saya.
“Cetakan esnya yang bocor. Itu saya yang salah. Saya nggak bisa menjual Es Goyang yang tidak bagus. Kalau ada yang tidak enak rasanya, saya siap mengganti tidak perlu membayar dobel,” kata penjual Es Goyang itu lagi.
Minggu pagi, saat Car Free Day (CFD), saya memperoleh sebuah pelajaran berharga dari seorang penjual Es Goyang. Harga sebuah kejujuran dan makna sebuah pelayanan dari seorang penjual kepada pembelinya tanpa takut merugi.
Apakah kejujuran sikap ini sudah dimiliki oleh kita dalam melaksanakan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari?
Saya pun kembali mengayuh sepeda untuk pulang ke rumah... (#riapwindhu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H