Es Goyang sudah dikenal pada puluhan tahun lampau tapi jumlah penjualnya saat ini semakin marak, terutama saat di keramaian seperti CFD. Lumayan enak dan murah meriah harganya, apalagi sekarang sudah ada berbagai varian rasa. Ada rasa kacang, rasa cokelat, rasa kacang hijau.
Dinamakan Es Goyang lantaran es ini penjual Es Goyang perlu menggoyang-goyang gerobaknya agar adonan es yang sudah ada dalam cetakan, yang ditaruh dalam wadah pendingin dalam gerobak, bisa rata membeku.
Saya pun memesan satu. Penjual Es Goyang dengan cekatan melayani dengan mencelupkannya ke larutan cokelat dan kacang. Tidak tunggu lama masih di samping penjualnya, saya pun segera mencicipinya.
Saat baru gigitan pertama, saya terkejut. Asin sekali di dalam mulut.
“Kok Asin,pak?” tanya saya.
Penjual Es Goyang itu tampak memperhatikan ekspresi saya.Dengan sigap, dia langsung membuka gerobaknya dan menyodorkan sebuah Es Goyang yang masih baru.
“Ini Neng, diganti saja yang baru. Es itu dikasih ke bapak,” ujarnya.
Saya memandang bapak itu. Saya pun menerima Es Goyang yang disodorkan.
“Neng, Es Goyang tadi rasanya asin karena beberapa cetakan Es Goyang memang bocor. Jadinya, garam yang dicampur bongkahan es dalam pendingin masuk. Kalau nggak bocor, ya nggak akan asin. Es Goyang yang sekarang nggak asin,kan?” tanyanya.
Saya tertegun atas penjelasan panjang lebar penjual Es Goyang. Penjual ini mengakui ada kekurangan dalam peralatan menjualnya. Suatu hal yang belum tentu dilakukan oleh penjual.