Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Solusi Sampah Dimulai dari Diri Sendiri

24 Desember 2015   23:59 Diperbarui: 25 Desember 2015   19:18 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah organik dapat diolah menjadi kompos yang bermanfaat. Sampah anorganik dapat dikelola menjadi berbagai bahan menguntungkan. Kemasan bungkus plastik dan kertas dapat dijadikan barang kerajinan ataupun dijual kepada penampungan barang bekas.

Pemilahan sampah menjadi solusi terjitu yang sangat memungkinkan dapat dilakukan dengan minimalisasi biaya. Hal ini selaras dengan rencana tidak diizinkannya lagi pembuangan sampah rumah tangga dan sejenisnya, serta residu ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pada 2025.

Jadi, solusi teknologi apa yang tepat untuk mengatasi permasalahan sampah? Menurut saya, bukanlah teknologi canggih dan mahal. Cara sederhana dan termurah yang sudah ada namun belum efektif dilaksanakan, yakni melalui pemilahan sampah dari awal penggunaan suatu barang hingga akhir pemakaian.

Mengenai inovasi, pernyataan Ir Arie Setiadi Moerwanto, Kepala Balitbang PUPR dalam majalah dinamika Riset edisi I tahun 2015 yang mengatakan Balitbang PUPR harus belajar dari ‘Toyota Kijang’, yang diawali dari model kotak menjadi sebuah kijang innova, perlu digarisbawahi.    

Menurut saya, produk Litbang PUPR yang telah ada saat ini tinggal dimaksimalkan penerapannya di masyarakat. Produk yang sesuai dapat terus dilanjutkan, direvisi, ataupun digabungkan penerapannya dengan kegiatan bisnis. Dalam penerapannya di masyarakat, Balitbang PUPR dapat bekerja sama dengan sejumlah institusi terkait yang menangani persampahan, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

Selain itu juga menggaet paguyuban lingkungan dan kelompok masyarakat di tingkatan kota dan kabupaten program Balitbang diterapkan secara nyata, salah satunya melalui program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dan tidak terputus-putus pada tahun anggaran pendanaan. Selain itu, semoga saja peresmian "Pintu" (Pusat Informasi Terpadu) balitbang pupr dapat lebih produk berkualitas yang menyentuh masyarakat.

Di tingkatan masyarakat, pemilahan sampah seperti melalui sistem Bank Sampah layak diujicobakan di tiap tingkatan Rukun Warga. Melalui sistem Bank Sampah, bukan hanya terpilah sampah organik dan anorganik melainkan kesadaran masyarakat dapat terbangun sekaligus memperoleh keuntungan melalui tabungan sampah.Namun, pembangunan Bank Sampah perlu memperhatikan kiprah bank sampah yang berhasil karena tidak semua berada dalam kondisi aktif.  

Bagaimana dengan kita sebagai individu? Mulailah kesadaran pengelolaan sampah dari diri sendiri. Saya sendiri akan memulainya dari yang sederhana, yakni berdisiplin membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenisnya, membatasi penggunaan kantung plastik, menggunakan barang yang dapat didaur ulang.

Jika memungkinkan, belajar untuk memilah sampah, membuat kompos, dan membuat kerajinan dari sampah. Buang rasa gengsi bergaul dengan sampah. Jika hal ini bisa dilakukan, sampah tidak lagi menjadi masalah melainkan menjadi teman bernilai ekonomis. TPA pun tidak lagi menjadi Toserba yang menampung semua barang buangan! (#windhu)

 

Sumber :

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun