Pemaparan Romantisme Itu Gampang dalam Nova Inspiring Day
UNGKAPAN I Love You atau Aku Cinta Kamu sangat baik bila disampaikan sesering mungkin, kapan pun, dan dimana pun kepada pasangan sebagai tanda selalu cinta. Tiga kata ini dapat meningkatkan romantisme dan kebahagiaan dalam berumah tangga. Namun, seiring dengan berlalunya tahun pernikahan, hal ini terkadang sering terlewatkan.
“Coba ingat, kapan terakhir mengucapkan I Love You kepada suami?” tanya Sani B Hermawan, kepada ratusan ibu yang hadir dalam talkshow psikologi Romantis Itu Gampang, pada acara Nova Inspiring Day (NID), di Graha Jala Puspita, 5 November lalu.
Sejumlah ibu langsung tersenyum-senyum dan saling memandang mendengar pertanyaan ini. Sebagian yang lain tersipu mendengarnya. Menurut Sani, mengungkapkan pernyataan cinta dapat membuat sepasang suami istri selalu merasa erat. Dengan sendirinya, romantisme akan selalu terjaga. Romantisme merupakan lem pelengket cinta.
Meski demikian, romantisme bukanlah suatu hal yang muncul begitu saja dari yang Maha Kuasa. Suami istri harus sama-sama selalu membangun sikap ini sejak awal pernikahan. Pasangan yang romantis, menurut Sani, adalah pasangan yang sama-sama memiliki komponen romantis yakni memiliki afeksi (kasih sayang), memiliki dukungan emosi, adanya kebersamaan, saling menghargai, dan saling percaya, sehingga terus mampu menyiram cinta selama menapaki tahun demi tahun pernikahan.
Hindari ucapan-ucapan tidak perlu seperti, “Kamu beruntung, ya menikah dengan saya. Kamu pasti rugi kalau nggak nikah dengan saya.”
Bagaimana kalau suami dan istri sama-sama pemalu dan pendiam? Sani mengatakan, memang ada tipe sedikit bicara. Walau begitu, tetap harus ada yang memulai dari sesuatu yang kecil. Romantisme itu bisa dipelajari dan ditularkan. Misalnya saja dengan mengajak makan malam candlelight dinner dan memberikan kejutan di hari-hari spesial berdua. “Kita tidak bisa mengubah orang lain tetapi bisa mengubah diri kita. Jangan bersikap menunggu, kita memulai dari yang kecil dulu,” tegas Sani.
PADA pernikahan yang sudah lama, baik belasan tahun maupun puluhan tahun terkadang bersikap romantisme seakan-akan suatu yang sering terlupakan karena sudah sama-sama saling tahu dan sama-sama mengerti apa yang diinginkan pasangan.
Jika sudah memasuki lebih dari 15 tahun, pernikahan biasanya sudah memasuki masa comfort zone (masa nyaman) sehingga sepasang suami istri biasanya sudah sangat paham sekali akan keinginan masing-masing. Bahkan ketika baru saja ingin mengucapkan apa yang dimaksudkan atau ingin dibicarakan.
Kendati sudah memasuki comfort zone, lanjut Sani, bisa timbul kejenuhan jika semuanya berlangsung begitu-begitu saja dan selalu sama dari waktu ke waktu.”Disinilah romantisme perlu dijaga dan ditingkatkan untuk menghindari jenuh,” tukas Sani.
Lalu bagaimana jika suami dan istri sangat berbeda jauh hobinya? Bagaimana sikap yang harus diambil istri, apakah mengikuti suami atau membiarkannya begitu saja untuk bergabung dengan komunitasnya?
Misalnya saja, istri lebih suka berkebun sedangkan suami lebih suka memancing. Bagaimana jalan tengahnya? Meskipun hobi utama berbeda jauh, sepasang suami istri masih bisa menjaga romantisme karena pastinya tetap memiliki suatu kesamaan yang bisa dijadikan lem perekat.
Carilah kesukaan yang sama misalnya saja fotografi atau kulineran. Gali lebih dalam apa yang menjadi kesamaan. Kalaupun tidak ketemu juga yang menjadi persamaan, maka buatlah kesepakatan misalnya saja : Minggu ini kulineran, minggu depan memancing. Saing Hal ini untuk menciptakan keseimbangan. Tidak berat sebelah.
Suami juga perlu diingatkan jangan sampai terlalu larut dalam sebuah komunitas untuk menyalurkan hobinya sehingga meninggalkan keluarga, anak dan istri di rumah.
ROMANTISME dapat meningkatkan gairah kebahagiaan, kesejahteraan psikologis, membuat kualitas kepribadian yang lebih baik,dan dapat menjaga kinerja sehari-hari lebih optimal.
Sani, yang juga Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani ini mengungkapkan tiga teknik gampang untuk membangun dan menjaga romantisme melalui pujian, yakni :
1. Ketulusan hati (Sincere)
Memuji itu harus ada ketulusan dan ikhlas dari dalam hati. Jangan hanya memuji jika memiliki maksud tersembunyi seperti ingin dibelikan sesuatu atau meminta uang. Memuji suami ganteng, kalau ada maunya. Kalau demikian, bisa-bisa suami menjadi cemas jika istrinya mulai memuji karena jangan-jangan ada maunya.
Salah satu contoh memuji karena ingin suami pulang cepat misalnya,” Papa…, mama senang sekali kalau papa pulangnya selalu on time.”
Mendengar ucapan ini, seorang suami yang baik pasti akan merasa tersanjung dan merasa dibutuhkan. Dengan sendirinya, suami akan selalu berusaha untuk pulang secara on time ke rumah karena sudah dinanti keluarga yang mencintainya.
2. Langsung (Immediate)
Lakukan segera secara segera. Sekarang juga dan jangan melewatkan waktu bila ingin memberikan pujian. Jangan pelit memuji sehingga menjadi sesuatu yang langka. Pujian yang dilakukan kapan saja dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Berikan pujian secara langsung. Jangan pakai perantara atau diikuti dengan kata-kata yang sudah berlalu.” Papa tahun lalu baik deh.”
3. Lakukan secara personal (dengan sentuhan)
Buang gengsi, tidak perlu malu, kapan pun, dimana pun lakukan secara personal. Kurangi bicara, perbanyak sentuhan. Sentuhan yang dimaksud bukan hanya sekedar berhubungan intim. Bisa berupa pelukan, ciuman, ataupun meremas jari tangan saat bergandengan tangan atau ketika menonton televisi.
Hal lain yang dapat menjaga romantisme adalah memberikan Small Thing but Meaningfull. Misalnya saja memberikan kue tart secara tiba-tiba pada saat hari ulang tahun Bisa. juga dengan menuliskan sesuatu, seperti “I Love You” dalam secarik kertas dan ditaruh di suatu tempat.
Bersikap romantis menjelang tidur juga perlu dilakukan dengan menggunakan baju tidur yang memiliki warna-warna lembut seperti pink ataupun ungu. Pakailah wewangian yang dapat menimbulkan gairah suami. Jangan menggunakan balsam atau minyak angin sebelum tidur.
JIKA semua sudah dilakukan tetapi suami tetap cuek, bagaimana? Apa yang salah? Saat sudah melakukan semuanya, sedetail mungkin, apakah harus menyerah begitu saja?
Istri lebih detail dari suami sehingga dapat memberikan kejutan-kejutan. Meski demikian istri adalah manusia biasa yang bisa merasa capek karena suami tidak memberikan respon sesuai yang diharapkan. Nah, kalau begini berarti harus kembali kepada istri sebagai perempuan yang harus ikhlas.
Rela menjalaninya sebagai ibadah karena hal itu bisa jadi sudah merupakan bagian dari karakter suami. Satu hal yang dipegang adalah paling tidak, suami tidak berpaling kepada wanta lain.
Ingatlah, karakter seseorang tidak bisa diubah dari sananya. Terkadang, ada unconditional love, cintai saja apa adanya. Terima dengan lapang dada. Paling tidak suami selalu ada di rumah. Jadi seorang istri tidak perlu merasa sedih bila tidak memperoleh respon dan tanggapan “Bukankah sebelum menikah, pastinya sudah tahu karakter calon suami sebelumnya?” tanya Sania.
Sani menambahkan, satu hal penting lain yang perlu diingat adalah jangan mengukur dengan memiliki suami sukses itu pasti bahagia.. Belum tentu. Ada yang rumahnya dimana-mana, tanahnya dimana-mana, dan kekayaannya ada dimana-mana tapi tidak menjamin kebahagiaan.
Seringkali, ukuran kesuksesan dilambangkan dan dinilai dengan kesuksesan secara finansial. Sehingga tidak jarang, banyak istri-istri yang menggiring suaminya untuk menghalalkan segala cara untuk memperoleh nafkah. Secara tidak sengaja menjebloskan suaminya ke arah korupsi. Dari memiliki mobil kecil ingin memiliki mobil besar.Padahal bahagia itu berarti menjalankan kehidupan dengan tulus ikhlas, tetap mengupayakan kesuksesan bersama, dan pastinya selalu menjaga romantisme dengan pasangan !
"What counts in making a happy marriage is not so much how compatible you are but how you deal with incompatibility."
---Leo Tolstoy--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H