Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Money

Asuransi Pendidikan Anak? Lebih Cepat Lebih Baik

31 Oktober 2015   23:59 Diperbarui: 1 November 2015   02:57 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai ilustrasi berapa dana pendidikan yang dibutuhkan, Tejasari mengumpamakan sebagai berikut. :

Misalnya usia anak saat ini adalah 1 Tahun. Biaya kuliah S1 di UPH Manajemen adalah Rp.125.000.000. Dengan asumsi kenaikan biaya 10 %, maka biaya kuliah untuk 17 tahun lagi yang saat ini berjumlah Rp 125.00.000 diperkirakan meningkat menjadi Rp.632.000.000.

Lalu bagaimana mempersiapkannya? Untuk mencapai biaya Rp.632.000.000, maka yang bisa dilakukan adalah dengan dua cara, yakni menabung dengan bunga 4% atau sekitarRp2.200.000 per bulan dan berinvestasi dengan asumsi target 15 % dengan menyisihkan Rp.700.000 per bulan.

Penjelasan ini sudah pasti membuka pengetahuan saya mengenai kebutuhan dana pendidikan. Meski demikian, saya masih dihadapkan rasa bimbang untuk memastikan pilihan produk keuangan yang tepat supaya cita-cita memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak di masa depan bisa tercapai.

Saat ini, pilihan produk keuangan beragam, yakni tabungan, deposito, emas, properti, obligasi, reksadana, unit link, dan saham. Lalu mana yang tepat buat saya? Semua produk ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Saya harus tetap mempertimbangkan apa pun yang saya pilih harus dapat memastikan tujuan tercapai.

                                                                                                 sumber gambar :rencanakansegera.com

Produk tabungan dengan bunga yang sangat kecil sudah pasti tidak mampu mengejar inflasi, deposito cukup memadai. Emas dan properti ada nilai keuntungannya namun belum tentu mudah dijual saat membutuhkan biaya. Reksadana, dan saham memang memberikan hasil lumayan sesuai dengan keberanian risiko yang diambil tapi jika terjadi sesuatu dengan saya sebagai orang tua, bagaimana dengan nasib anak saya? Bisa tetap melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah tidak, ya? 

Pastinya, saya perlu produk keuangan yang mampu menggantikan posisi saya kalau tiba-tiba terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada saya, misalnya saja sakit atupun meninggal dunia. Walaupun saya sama sekali nggak menginginkan kedua hal ini karena tetap ingin bisa mendampingi anak meraih cita-cita, saya tetap harus mempersiapkan kemungkinannya sebagai bentuk ikhtiar mahluk Allah yang tidak pernah tahu suatu kapan musibah akan datang. 

Nah, menurut Tisye Diah Retnojati, Chief of In Branch Channel AXA Mandiri untuk menjawab kebutuhan dana pendidikan anak yang mampu memberikan perlindungan (proteksi) sekaligus investasi, solusinya ada di unit link. Sederhana dan praktis. Produk unit link itu terdapat dalam bentuk asuransi pendidikan.

Asuransi  Pendidikan Sebagai Solusi

 BICARA mengenai asuransi pendidikan, terutama unit link dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengejar nilai inflasi yang berkembang di dunia pendidikan, ternyata suatu hal yang sangat menarik.  Pemaparan dari Axa Mandiri, mengutip Bank Dunia menyebutkan mengenai kesadaran finansial masyarakat Indonesia yang perlu ditingkatkan. Saat ini,  kata Tisye, sebanyak 79 % penduduk Indonesia tidak memiliki uang untuk ditabung, 4 % orang merasa tidak membutuhkan tabungan,  29 % orang tidak paham asuransi, dan sebanyak 17 % orang tidak merasa tidak membutuhkan asuransi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun