Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Gunung Sampah Bantar Gebang, Apa Saja dari Kaki hingga Puncaknya?

14 Februari 2023   14:15 Diperbarui: 29 Agustus 2023   15:35 2052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Pemulung di salah satu Zona (dok. pribadi)

Tentang Instalasi Pengolahan Air Sampah

Masih dari area TPST Bantar Gebang terdapat pengolahan air sampah (lindi). Pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Air lindi ini berasal dari dekomposisi sampah organik yang bercampur dengan air hujan. Untuk TPST Bantar Gebang memiliki empat unit IPAS yang mengolah air sampah dari lima zona landfill. 

Setiap IPAS memiliki metode pengolahan air sampah yang berbeda. IPAS 1 dan IPAS 3  mengolah air sampah dengan menggunakan kolam. Untuk kolam IPAS 2 sejak 2014 menggunakan Advance Oxydation Process (AOP). Air sampah yang berasal dari zona 1 seluruhnya mengalir ke IPAS 1. Air sampah yang berasal dari zona 2, 4 dan 5 akan mengalir ke IPAS 2. Air sampah dari zona 3 akan mengalir ke IPAS 3. Untuk IPAS 4 sudah tidak beroperasi lagi dan diubah menjadi landfill.

IPAS (dok. pribadi)
IPAS (dok. pribadi)
Rejeki di Bantar Gebang

Setidaknya ada ratusan pemulung yang mengais rezeki dari sampah anorganik di Bantar Gebang. Dari hasil cerita-cerita dengan seorang mbok pedagang, diperkirakan sekitar 5.000 pemulung yang memungut sampah seperti plastik (bekas botol air minum) hingga besi bekas. Nah barang-barang tersebut dibeli pengepul, yang kemudian dijual lagi ke industri daur ulang. 

Hasil daur ulang tersebut bisa berbentuk bola mainan dari plastik. Dari hasil penjualan sampah organik, pemulung bisa mendapatkan Rp200.000. Dari timbunan sampah, ada juga pemulung yang pernah menemukan jam tangan dan juga perhiasan emas.

Bapak Pemulung di salah satu Zona (dok. pribadi)
Bapak Pemulung di salah satu Zona (dok. pribadi)

Pada akhirnya, pengelolaan sampah sejatinya tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, diperlukan peran serta masyarakat yang tentu saja menjadi kunci penting. Masyarakat juga harus memiliki kesadaran untuk peduli terhadap sampah. Tanpa kesadaran tersebut, sampah akan menjadi ancaman kesehatan dan lingkungan sekarang dan di masa yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun