Dari area air tawar, aku menuju kawasan yang pasti terasa asin. Aku tak melewatkan ajakan seorang kawan untuk menyelami keindahan bawah laut Pulau Buton. Ada dua tempat yang aku selami, di belakang Puskesmas Pasarwajo dan di Wabulo Kabupaten Buton. Lokasi penyelaman pertama di belakang puskesmas tersebut di kedalaman 12-17 meter. Di sini terdapat gua, spot dinding yang overhang karang, topografi karang dan berbagai jenis ikan. Karang didominasi oleh acropora. Acropora merupakan genus kecil karang polip berbatu di filum Cnidaria. Tergantung pada spesies dan lokasi, spesies Acropora yang aku lihat tumbuh seperti meja sehingga orang-orang menyebutnya karang meja.
Sedangkan lokasi di Wabula, aku menyelam di kedalaman 9-11 meter. Aku melihat lobster, beberapa bintang laut, berbagai jenis ikan karang, dan karang yang didominasi karang masive. Hamparan terumbu karang dengan ikan-ikan adalah pemandangan yang tak terbayangkan bagi yang belum mengalaminya secara langsung. Hampir tak bisa ditemukan padanan keindahannya di daratan. Yang unik adalah lokasi penyelaman di Wabula, yang dikelola dengan sistem Nambo. Dengan sistem ini, masyarakat lokal yang terlibat langsung untuk mengelola dan melindungi keindahan bawah air ini. Pokoknya, sebelum menyelam harus mendapat ijin dari tetua adat.
kuliner khas Buton. Di Pasarwajo, seorang kawan menyarankan, "jika ingin menikmati parende, cobalah ke rumah makan Wangi-Wangi harga seporsinya Rp. 30.000." Dengan harga itu dan bayangan tentang kegurihannya, aku tak perlu lagi mengecek ketebalannya isi dompetku. Untuk harga seperti itu, sama sekali tidak perlu memperlihatkan uang merah bergambar dua sosok Bapak Proklamator. Cukup dengan dengan selembar uang berwarna hijau bergambar Sam Ratulangi ditambah seorang pahlawan lagi, Frans Kaisepo  .
Setelah mengunjungi air terjun dan menyelam, saatnya menikmatiRumah makan ini terletak di Kelurahan Saragi. Â Jika diperhatikan secara seksama, warung ini tidak terlalu besar, mirip rumah tinggal yang dialihfungsikan menjadi rumah makan. Kata seorang kawan, pemilik rumah makan ini dulu bekerja di perusahaan aspal, sebelum memasuki masa pensiun, ia membuka rumah makan ini. Di rumah makan ini, tidak akan ada pelayan atau pemilik warung yang akan mengajukan pertanyaan, "anda akan pesan apa?" Â Sehingga tentu saja membuatku langsung masuk ke ruang dekat TV, kemudian memesan parende. Selain parende, terdapat pilihan menu lainnya yang serasa tidak membuatku jauh dari Makassar, yakni coto makassar (hanya daging saja tanpa isi dalam seperti hati, jantung dan limpa ), ayam parende, ayam goreng, konro, dan kikil.
Â
Rasanya aku mau menggambarkan rasa dari semangkok parende ini, tapi kupikir lain kali saja. Yang pasti bila seseorang memiliki uang enam puluh ribu rupiah dan masih punya lambung cadangan, pasti akan memesan semangkok lagi. Aku sendiri tidak menambah, karena ini masalah lambung yang cadangannya harus kukosongkan saja dulu. Entar ngantuk dan tidak bisa berwisata ke area lain yang akan menjadi bahan tulisan.
Benteng Batu Kapur
Sekarang berpindah ke Kota Bau-Bau. Mari kita mulai dari benteng keraton Buton. Benteng Keraton Buton itu sudah pastilah merupakan bekas Ibukota Kesultanan Buton. Bangunan ini memiliki bentuk arsitek yang unik. Keunikan terletak pada area yang dilindunginya. Benteng ini mempertahankan wilayah satu pulau. Benteng yang mengitari area 23.375 Ha ini disebut sebagai bangunan pertahanan terluas di dunia.