Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Saya Pu' Hati Tertinggal di Biak

4 Februari 2020   19:42 Diperbarui: 4 Februari 2020   19:48 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati pemandangan di Telaga Biru Samares (dok. pribadi)

Telaga biru Samares ini masih belum mendapat perhatian atau lebih tepatnya terabaikan oleh perhatian dari pemerintah setempat dan masyarakat. Hal ini terlihat belum adanya fasilitas apapun, seperti tempat sampah dan papan penunjuk jalan. Kemungkinan bukan hanya kami yang pernah tersesat.

Di sini, masih berserakan sampah, hasil ulah pengunjung atau yang terbawa ombak. Banyak potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Biak Numfor, seandainya saja pemerintah daerah fokus dan serius. Pantai relatif bersih dari limbah, selain sampah-sampah yang masih bisa ditanggulangi dengan membuat tempat pembuangan sementara di tempat tertentu.

Menikmati pemandangan di Telaga Biru Samares (dok. pribadi)
Menikmati pemandangan di Telaga Biru Samares (dok. pribadi)

Beberapa yang sudah aku kunjungi, tidak sempat aku tuliskan misalnya Opiaref, Anggopi, Korem, dan sebagainya. Terlalu banyaknya pantai yang aku datangi, sampai-sampai ketika aku kembali ke pulau Jawa, salah seorang temanku mengajakku main ke pantai. Aku jawab dengan jawaban keengganan, "Aku mau ke pantai, jika nampak seperti di Biak!".

Senin, 21 November 2016, aku meninggalkan Kabupaten Biak Numfor. Sedih, hanya satu kata itulah yang dapat menggambarkan perasaan hatiku saat itu. Bukan hanya terasa perih di hati, aku bahkan sampai menitikkan air mata, ketika berpamitan dengan nenek dan keluarga besar kepala kampung Mapia, Willem M. Sen.

Nenek Piaraku di Biak (dok. pribadi)
Nenek Piaraku di Biak (dok. pribadi)

Biak bukan hanya indah pemandangannya, tetapi bagiku jadi lebih tidak terlupakan karena kebajikan hati orang-orangnya. Benar kata Pak Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Supiori, Bapak Robert J. Mattulessy, "Biak, itu bila seseorang teringat padanya, maka ia akan berusaha kembali. Saat aku meninggalkanya, satu yang selalu terpikirkan, "Suatu hari nanti aku pasti akan kembali!".

 Perjalanan ke Biak mengajarkanku jika bertemu dengan hal jelek, maka mengingatkanku untuk bersyukur, sedangkan jika bertemu hal yang bagus, maka aku menjadikannya sebuah motivasi. Jelek dan bagus, aku jadikan sebagai pelajaran, karena kutahu dan percaya segala sesuatu terjadi, karena sebuah alasan. Kalau pun tak ada yang pantas kusebut sebagai alasan, maka biarlah mengelupas sebagai kenangan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun