Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mendaki Delapan Puncak di Pulau Jawa

15 Maret 2017   16:23 Diperbarui: 16 Maret 2017   02:00 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puncak Gunung Merapi
Puncak Gunung Merapi
Dari Merapi, selanjutnya menyelesaikan pendakian puncak yang tertunda di Gunung Semeru (3676 mdpl). Bagiku gunung semeru dengan puncaknya Mahameru adalah puncak yang tertunda jika pada 16 Agustus 2013 aku gagal menginjakkan kakiku di Mahameru disebabkan factor alam maka kali ini aku berharap Pendakian ke Semeru aku lakukan bersama dengan teman-teman dari Salatiga. Tim terdiri dari 14 orang laki-laki dan seorang perempuan yakni aku. Dalam pendakian ini aku sama sekali tidak mendapatkan keistimewaan dari teman-temanku. Entah karena tak bisa mengikuti ritme para lelaki itu, dari pos 4 menuju Ranukumbolo, aku hilang. Sehingga mengakibatkan aku sempat tidur di shelter Ranukumbolo. Aku beruntung di tengah gelap malam, tiga orang teman (Mas Deni, Kifli dan Kecil) menemukanku di shelter tersebut.

semeru-58c905677097733e08177a4c.jpg
semeru-58c905677097733e08177a4c.jpg
Tahun 2016, aku memutuskan untuk menyelesaikan tiga puncak lagi, dimulai dari gunung Sumbing via Kaliangrik. Sabtu, 3 Desember 2016, 07.00 WIB, Mamet[AC1] Adalah kawanku Mamet (teman mendaki semeru pada Agustus 2013) menjemputku. Sabtu pagi (3 Desember 2016) yang diguyur hujan, perjalanan menuju Kaliangrik  dengan  keadaan basah, bahkan menggunakan jas hujan masih tetap tembus. Tiba di dusun Kaliangrik pukul 11.00 WIB.  Setelah melakukan perbaikan packing, sebelum berangkat, didahului dengan berdoa. Pukul 11.30 WIB kami, sebanyak sepuluh orang (tiga orang perempuan yakni aku, kak Kenyo ayu dan Kak Fidel sedangkan laki-laki yakni Mamet, Raka, Rakhmad, Mas Leo, Kak Eko, Mas Ridho dan Mas Ferry) meninggalkan basecamp.  Medan yang dilalui pengerasan dan semuanya tanjakan. Di samping kanan kiri jalan merupakan perkebunan sayuran. Di perjalanan ke pos 1, bertemu dengan beberapa pekerja dan sempat berbincang-bincang. Pukul 13.00 WIB, tiba di pos 1. Tidak ada istirahat. Kata Mamet, istirahat di pos 2 saja. Tiba di pos 2 pukul 13.45 WIB di pos ini terdapat shelter. Kondisi masih hujan deras ditemani dengan angin kencang.

Pukul 15.15 WIB kami meninggalkan pos 2. Perjalanan menuju pos 3 harus melewati delapan air terjun. Di air terjun ke empat, kaki kiriku kram, tetapi masih bertahan dan tetap melanjutkan perjalanan. Tidak selesai sampai disitu saja, rasa sakit bertambah, ketika di air terjun ke delapan kedua kakiku kram. Rasa sakit mereda, ketika ditolong oleh Mamet dan  Kak Eko (pertama kali kenal di pendakian ini, hobinya naik gunung) yang ada di belakang, sedangkan tujuh teman yang lain telah berjalan duluan. Aku berfikir sepertiya teman yang di depan telah menemukan camp dan beristirahat. Ketika agak baikan, perjalanan dilanjutkan. Sejujurnya aku berdoa, semoga saja kami nge-camp di pos 3, badanku sudah menggigil dan kaki terasa berat melangkah, bahkan meski hanya sekedar diangkat. Mamet langsung berteriak ada kita camp di pos 3, tuh teman-teman telah mendirikan tenda. Di depan telah berdiri dua buah tenda di pos 3. Alhamdulillah kulafaskan, itulah yang sanggup aku ucapkan ketika doa terkabul.

Ahad, 4 Desember 2016, Pukul 06.30 WIB aku, Mamet, dan Raka meningglkan pos 3 dan tiba di. pos 4, pukul 08.20 WIB lalu beristirahat. Pukul 09.45 kami semua tiba di puncak Sumbing (3371 mdpl)

sumbing-58c9055750f9fdee166f81ab.jpg
sumbing-58c9055750f9fdee166f81ab.jpg
Dari Sumbing, tujuanku kali ini yakni Gunung Merbabu. Ahad, 11 Desember 2016, kami bertujuh meninggalkan kota Salatiga menuju Selo di Kabupaten Boyolali. Perjalanan panjang yang ditemani gerimis dan kabut sehingga membuat nyaliku sedikit ciut. Berangkat dari kemah induk pukul 15.30 WIB dan empat setengah jam kemudian tiba di Sabana 1.

Karena cuaca yang sangat dingin, di camp langsung mendirikan tenda, memasak, makan malam, dan kemudian istirahat. Dari Sabana 1 menuju puncak masih tetap gerimis, malah aku sempat berpikir untuk tidak melanjutkan perjalanan, tetapi Anto (teman yang berasal dari Salatiga dan yang membantu dan menemaniku ke puncak) mengatakan, “kamu kan bawa jas hujan!” Itu berarti, gerimis bukan penghalang dan tetap menyemangati diri sendiri. Dari Sabana 1 (06.10 WIB) ke puncak membutuhkan waktu 2 jam 3 menit, sehingga pukul 08.13 WIB, tiba di puncak gunung Merbabu (3142 mdpl)

Dari puncak kembali ke Sabana 1 tidak perlu berlama-lama, sehabis istirahat, makan, dan packing langsung bergerak untuk menuju kemah induk. Pukul 16.00 WIB aku akhirnya sampai di kemah induk. Pikiranku selanjutnya bergerak untuk mendaki ke gunung mana lagi. Ternyata, masih tersisa satu gunung maka selesailah tantangan dari kak Dini.

merbabu-58c8fe5e5693736b1b5ef3a9.jpg
merbabu-58c8fe5e5693736b1b5ef3a9.jpg
Mengunjungi kota Pahlawan, Mas Eko dan Mas Erwin (Mas Erwin merupakan teman baik mas Eko) mengajakku mendaki di Gunung Penanggungan yang terletak di Jawa Timur. Aku pun langsung mengiyakan. Ahad, 25 Desember 2016, 07.50 WIB aku dijemput dirumah ‘ayah angkatku” di Oasis Residence, Sidoarjo. Di hari Natal kami bertiga menyusuri jalanan  Surabaya menuju Mojosari Jolotundo menuju kemah induk di area candi Jolotundo.

Dari kemah induk tersebut, jalur menanjak dan melewati area perkebunan. Teriknya matahari membuatku bercucuran keringat apalagi beban dalam carrier-ku yakni empat botol air mineral (@1500 ml). Tidak ada pengecualian, meskipun perempuan, aku tetap memikul carrier. Pukul 10.40 WIB kami meninggalkan kemah induk dan tiba di candi pertama yang disebut candi Bayi pada pukul 13.00 WIB. Di candi ini yakni terdapat sesajen  dan kami bertemu dengan sekelompok orang yang akan melakukan ritual.

Pendakian ke Penanggungan via Jolotunda dapat melihat situs-situs peninggalan kerajaan Majapahit berupa 11 candi dan satu gua. Untuk camp, kami memutuskan di depan candi Wisnu. Kekhususan dari jalur ini yakni tidak ada sumber air. Saat malam, hujan pun turun. Kak Eko langsung unjuk kebolehan terkait kemampuannya menampung air. Senin, 26 Desember 2016, pukul 08.00 WIB aku tiba di puncak Penanggungan (1653 mdpl)

penanggungan-58c8fe4ef29673c47540cbd8.jpg
penanggungan-58c8fe4ef29673c47540cbd8.jpg
Puncak yang terakhir adalah gunung Sindoro.  Sabtu, 21 Januari 2016, pendakian ke Gunung Sindoro aku lakukan bersama dengan teman-teman dari asrama Bawakaraeng, Yogyakarta. Timku kali ini terdiri dari aku,  James, Ayyub dan Enooks. Untuk pendakian Sindoro kami melakukannya via Kledung Kabupaten Temanggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun