Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Chemical Engineer

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Manusia yang Bermedia Sosial, Antara Eksistensi atau Esensi?

10 Oktober 2020   06:37 Diperbarui: 11 Oktober 2020   03:03 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi manusia dan media sosial | Sumber: Getty Images/iStockphoto via Kompas.com

Sekarang ini, masalah terbesar manusia sebagai makhluk sosial adalah kedangkalan. Tidak ada lagi kedalaman dalam sebuah relasi.

Disatu sisi, media sosial telah membuat jurang sosial antar manusia semakin lebar. Banyak teman di media sosial tetapi tetap merasakan kesepian. Ratusan bahkan ribuan berteman dengan orang lain di media sosial, tetapi hanya segelintir orang yang betul- betul kenal dan pernah ngobrol. Itupun cuma sebatas say hello dan basa- basi. 

Media sosial telah membajak hati dan pikiran manusia untuk tenggelam dan lebih menikmati relasi buatan (artificial relationship) di dunia maya yang semu, daripada relasi di dunia nyata yang terkadang bisa melukai hati.

Penyalahgunaan media sosial telah menumpulkan etika dan nurani kita sebagai manusia. Saat terjadi kebakaran atau kecelakaan, kita malah terobsesi untuk merekam dan menyebarkannya di media sosial. Ketika sedang makan pun, kita telah terbiasa menikmati makanan sambil bermedia sosial. 

Sebelum tidur pada malam hari atau setelah bangun tidur pada pagi hari, ritual utama kita adalah melihat timeline dan perkembangan dunia media sosial. Kita kecanduan menggunakan media sosial, sampai- sampai kita menjadi sakau bila sehari saja tidak muncul di media sosial.

Laporan Hootsuite yang dirilis pada Januari 2019 yang lalu, menunjukkan bahwa orang Indonesia rata- rata menghabiskan 3 jam 26 menit setiap harinya. Bahkan, menurut GlobalWebIndex tahun 2019, menempatkan Indonesia di peringkat keenam di dunia sebagai negara yang paling "sosial" di media sosial dengan rata-rata 195 menit setiap hari.

Masalah Sosial

Kecanduan akan media sosial telah merusak tubuh dan jiwa kita. Waktu, uang bahkan hidup kita habiskan di media sosial. Akibatnya, pikiran dan hati kita sulit berfungsi sebagaimana mestinya. 

Kita tidak lagi menjadi manusia seutuhnya. Kecanduan untuk senantiasa aktif di media sosial telah membuat kita lupa diri. Media sosial telah merampas hidup kita.

Psikolog Mark D. Griffiths dalam papernya yang berjudul Social Networking Sites and Addiction: Ten Lessons Learned, seperti yang dikutip dari Psychology Today, menulis bahwa penggunaan media sosial bisa menimbulkan masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, kesepian, kecanduan, dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). 

Mark D. Griffiths menambahkan, kebiasaan untuk selalu memeriksa media sosial setiap saat telah membuat kita "takut ketinggalan" atau biasa disebut FOMO (Fear Of Missing Out). Dan gangguan mental akibat penyalahgunaan media sosial setiap tahun terus meningkat, khususnya remaja dan anak- anak muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun