Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bahayakah Sharenting bagi Anak?

29 Januari 2025   21:19 Diperbarui: 30 Januari 2025   22:58 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar Anak di Kelas : Foto Dokumen Yusriana

Keempat, Memikirkan dampak jangka panjang sebelum memposting sesuatu.

Fenomena Sharenting: Antara Dokumentasi dan Ancaman Privasi

Di era digital, media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Salah satu fenomena yang muncul adalah sharenting, yaitu kebiasaan orang tua membagikan foto, video, atau informasi tentang anak mereka secara daring.

Praktik ini dilakukan dengan berbagai alasan, seperti mendokumentasikan tumbuh kembang anak, berbagi kebahagiaan dengan keluarga, atau mencari dukungan dari komunitas sesama orang tua. Namun, di balik manfaatnya, sharenting juga menimbulkan berbagai risiko, terutama terkait dengan privasi dan keamanan anak di dunia maya.

Salah satu dampak positif dari sharenting adalah kemudahan dalam mendokumentasikan momen berharga anak. Dengan teknologi digital, orang tua dapat menyimpan dan membagikan kenangan yang dapat diakses kapan saja.

Selain itu, berbagi pengalaman parenting di media sosial dapat menjadi sarana edukasi dan dukungan bagi sesama orang tua yang menghadapi tantangan serupa dalam membesarkan anak.

Namun, di sisi lain, sharenting juga memiliki dampak negatif yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah risiko pelanggaran privasi anak. Informasi yang dibagikan secara daring dapat disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, seperti pelaku kejahatan siber atau pencurian identitas anak. 

Selain itu, anak yang tumbuh besar mungkin merasa tidak nyaman dengan jejak digital yang telah dibentuk sejak mereka kecil tanpa persetujuan mereka. Hal ini dapat memengaruhi rasa percaya diri dan kebebasan mereka dalam membentuk identitas diri di masa depan.

Untuk menghindari dampak negatif sharenting, ada beberapa langkah bijak yang dapat diterapkan oleh orang tua. Pertama, orang tua harus mempertimbangkan apakah informasi yang akan dibagikan bersifat pribadi atau sensitif.

Hindari memposting data lengkap seperti nama lengkap, alamat rumah, atau lokasi sekolah anak. Kedua, gunakan pengaturan privasi yang ketat di media sosial agar hanya orang-orang terpercaya yang dapat melihat unggahan tersebut. Ketiga, jika anak sudah cukup besar, libatkan mereka dalam pengambilan keputusan sebelum 11 foto atau informasi tentang mereka.

Pada akhirnya, sharenting adalah sebuah pilihan yang harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Dokumentasi digital memang dapat menjadi kenangan berharga, tetapi privasi dan keamanan anak tetap harus menjadi prioritas utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun