Jejak Digital Tila
Tila menunduk di bangkunya. Suasana di ruang guru madrasah terasa begitu menekan. Ustazah Lina, guru akhlaknya, menatapnya dengan sorot mata penuh kecewa.
"Tila, kamu sudah besar. Kamu harus lebih berhati-hati dengan apa yang kamu bagikan di internet," ucap Ustazah Lina dengan nada lembut tapi tegas.
Tila mengangguk, meski hatinya masih bingung. Ia tidak merasa melakukan kesalahan. Foto yang diunggah gurunya di media sosial adalah fotonya saat kecil, ketika ia masih SD dan aktif sebagai atlet renang. Lalu, kenapa tiba-tiba ia dipanggil dan dimarahi karena foto itu?
Beberapa teman di kelas mulai berbisik-bisik sejak pagi. Rupanya, ada yang melihat fotonya dan menganggapnya tidak pantas. Kabar itu sampai ke guru-guru, dan sekarang ia harus menerima teguran guru. Sampai di rumah ia terlihat lesu dan saat ditanya malah nangis.
Esoknya, suara langkah berat terdengar. Pintu ruang guru terbuka. Ayah Tila datang dengan wajah merah padam.
"Apa maksudnya memarahi anak saya karena foto lama? Dia atlet renang sejak kecil! Itu foto saat lomba, bukan foto sembarangan!" suara Ayahnya tegas, membuat beberapa guru saling pandang.
Ustazah Lina tetap tenang. "Pak, kami memahami bahwa Tila adalah atlet renang. Tapi dunia sudah berubah. Sekarang, orang bisa mengambil foto dari internet dan menyalahgunakannya. Kami hanya ingin mengingatkan agar anak-anak lebih berhati-hati dalam bermedia sosial."
Ayah Tila terdiam. Ia menoleh ke putrinya, yang masih menunduk.
"Tila, kamu mengerti maksud Ustazah?" tanyanya, lebih lembut.
Tila mengangguk pelan. "Iya, Yah. Aku tidak bermaksud buruk, tapi aku juga tidak ingin orang lain melihatku dengan cara yang salah."