Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Alasan Menulis sebagai Pilihan Mengisi Liburan

28 Januari 2025   23:02 Diperbarui: 28 Januari 2025   23:02 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa Berdiskusi Cara Menulis Teks Eksplanasi Jelang libur 4 Hari: Foto Yusriana SP

"Berapa dada seperempat, Nek?" Teriakku kepada si penjual langganan.

"20.000 Nak. Ayam besar!" Kata penjual sambil memotong ayam itu. Akupun menyodorkan uang 50 ribuan. Dikembalikan si Nenek satu uang 20 ribu dan 2 uang 5 ribu.

"Anak muda," kata si Bapak lusuh, suaranya serak, "Kasih uang lima ribu? Mau beli jengkol." Tunjuknya pada penjual jengkol di seberang si Nenek. Hari pasar seperti sekarang memang rami penjual.

Aku menoleh padanya, terkejut. Permintaan itu begitu spesifik. Lima ribu untuk jengkol? Aku mengira ia akan meminta uang untuk hal-hal yang lebih umum, seperti makan atau ongkos pulang.

"Kenapa jengkol, Pak?" tanyaku, penasaran.

Bapak itu tersenyum kecil nampaklah giginya yang berkarang, menunjukkan deretan giginya yang penuh sisa makanan juga. Aku berdzikir melihat itu. Takut muncul rasa merendahkan. Naudzubillah min dzalik.

"Aku lagi ingin makan jengkol, Nak.."

Aku diam, mencoba mencerna. Di era serba mahal ini, lima ribu rasanya terlalu kecil untuk membeli apa pun keinginan, apalagi jengkol. Tapi ada sesuatu di matanya, sesuatu yang tulus dan jujur bahwa ia tak punya daya.

Aku mengeluarkan uang lima ribu. "Ini, Pak. Jengkol saja?" Ia mengangguk lugu dan langsung pergi menyeberang beli jengkol tanpa berterima kasih.

Aku dan nenek penjual ayam cuma bisa geleng kepala. "Ada rezki orang lain, Nak!" Seru penjual ayam.

"Betul Nek. In sya Allah diganti Allah."Jawabku. Sambil menjalankan motor, "Terima kasih ayam, Nek!" Pamitku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun