Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Alasan Memilih Semarang sebagai Tempat Slow Living

22 Januari 2025   01:30 Diperbarui: 22 Januari 2025   01:30 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kuliner nikmat nasi kuning ayam bakar: pikiran rakyat.com

Kehidupan slow living tidak lengkap tanpa menikmati kuliner lokal yang autentik. Semarang dikenal dengan beragam hidangan khas, seperti lumpia, tahu gimbal, dan bandeng presto, yang dapat dinikmati di warung-warung tradisional.

Proses menikmati makanan di Semarang, yang sering kali disajikan dengan penuh cinta dan perhatian terhadap detail, memungkinkan warga untuk benar-benar menghargai setiap gigitan dan momen makan. Hari pertama di sini kami pun menikmati sarapan pagi nasi kuning yang gurih.

4. Biaya Hidup yang Terjangkau

Salah satu kelebihan Semarang adalah biaya hidup yang relatif terjangkau dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Hal ini memungkinkan penduduk untuk menjalani kehidupan yang lebih sederhana dan tidak terlalu terbebani oleh tekanan finansial.

Dengan biaya hidup yang rendah, warga dapat fokus pada kualitas hidup, menikmati waktu bersama keluarga, dan mengejar hobi atau kegiatan yang memberikan kebahagiaan. Ya di sini cerminan hidup sederhana

5. Konektivitas yang Baik

Meski menawarkan kehidupan yang lebih santai dan sederhana, Semarang tetap memiliki konektivitas yang baik dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Bandara Internasional Ahmad Yani dan jalur kereta api yang terintegrasi membuat

Semarang mudah dijangkau sehingga tetap terhubung dengan dunia luar tanpa kehilangan esensi slow living. Ini memberikan keseimbangan yang ideal antara kenyamanan modern dan kehidupan yang tenang.

6. Komunitas yang Ramah

Masyarakat Semarang dikenal dengan keramahan dan sikap gotong royongnya. Kami disambut kos-kosan yang ramah. Di antar pakai motor. Interaksi yang hangat dan komunitas yang suportif menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup slow living di sini.

Dalam komunitas yang erat, penduduk dapat menikmati hubungan sosial yang lebih dalam dan bermakna, yang merupakan inti dari kehidupan yang tenang dan seimbang. Kamipun disuguhi teh manis. Nuansa ini membuat kangen di hati. Tak terasa sudah 6 bulan berlalu. Namun kenangan perjalan ke Semarang masih bersisa rasa manis dan rindu. Putraku pun bisa meraih IP di kampusnya nan sejuk, 3, 68. Wow, momen yang musti disyukuri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun