Kehidupan slow living tidak lengkap tanpa menikmati kuliner lokal yang autentik. Semarang dikenal dengan beragam hidangan khas, seperti lumpia, tahu gimbal, dan bandeng presto, yang dapat dinikmati di warung-warung tradisional.
Proses menikmati makanan di Semarang, yang sering kali disajikan dengan penuh cinta dan perhatian terhadap detail, memungkinkan warga untuk benar-benar menghargai setiap gigitan dan momen makan. Hari pertama di sini kami pun menikmati sarapan pagi nasi kuning yang gurih.
4. Biaya Hidup yang Terjangkau
Salah satu kelebihan Semarang adalah biaya hidup yang relatif terjangkau dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Hal ini memungkinkan penduduk untuk menjalani kehidupan yang lebih sederhana dan tidak terlalu terbebani oleh tekanan finansial.
Dengan biaya hidup yang rendah, warga dapat fokus pada kualitas hidup, menikmati waktu bersama keluarga, dan mengejar hobi atau kegiatan yang memberikan kebahagiaan. Ya di sini cerminan hidup sederhana
5. Konektivitas yang Baik
Meski menawarkan kehidupan yang lebih santai dan sederhana, Semarang tetap memiliki konektivitas yang baik dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Bandara Internasional Ahmad Yani dan jalur kereta api yang terintegrasi membuat
Semarang mudah dijangkau sehingga tetap terhubung dengan dunia luar tanpa kehilangan esensi slow living. Ini memberikan keseimbangan yang ideal antara kenyamanan modern dan kehidupan yang tenang.
6. Komunitas yang Ramah
Masyarakat Semarang dikenal dengan keramahan dan sikap gotong royongnya. Kami disambut kos-kosan yang ramah. Di antar pakai motor. Interaksi yang hangat dan komunitas yang suportif menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup slow living di sini.
Dalam komunitas yang erat, penduduk dapat menikmati hubungan sosial yang lebih dalam dan bermakna, yang merupakan inti dari kehidupan yang tenang dan seimbang. Kamipun disuguhi teh manis. Nuansa ini membuat kangen di hati. Tak terasa sudah 6 bulan berlalu. Namun kenangan perjalan ke Semarang masih bersisa rasa manis dan rindu. Putraku pun bisa meraih IP di kampusnya nan sejuk, 3, 68. Wow, momen yang musti disyukuri.