Namun ketika kami mengambil perumahan SSS itu masalah transportasi pun muncul. Angkutan kota yang melewati perumahan kami hanya lewat pagi dan sore hari. Itupun sudah penuh oleh anak-anak sekolah dari Koto Panjang dan Koto Katiak dari daerah sebelum daerah kami tinggal karena jumlah angkot yang beroperasi tak memadai.
Sejak itu, ojek motor pun menjamur di kota ini. Tiap gang rumah muncul ojek motor. Ojek motor lumayan banyak. Satu gang bisa 12 motor. Tak ada pilihan, aku dan anak-anakpun naik ojek motor tiap hari ke sekolah dan mengantar anak ke penitipan mereka.Â
Satu hari menghabiskan 20 ribu rupiah. 5 ribu ke PAUD pagi, 5 ribu dari PAUD ke sekolah tempatku menghonor, begitupun saat balik sore hari. 5 ribu jemput anak dan 5 ribu dari sana ke rumah.
Dua tahun aku menjalani jasa transportasi ojek motor. Hingga buminglah keluar motor matic. Ada Vario dari Honda saat itu dan Spin dari Suzuki. Â Pas hari Kartini, 21 Februari 2008 ada promo buat guru. DP motor bisa 500 ribu saja dan angsuran bulanan pun 500 ribu saja. Akupun nekat membeli motor meski kredit.
Aku sebetulnya sudah bisa bawa motor tapi motor pakai gigi. Di kampung kami memakai motor gigi. Jadilah belajar membawa motor matic lagi. Pernah hampir jatuh ke sungai, pernah pula di lampu merah tak berani lanjut jalan karena banyak Fuso hingga 3x pertukaran lampu merah baru berani jalan lagi. Ya sepi dulu.
Pernah juga murid mengejek, "Tekan rem! Maju! Tekan Rem! Rem!" Namun, aku terus maju tanpa hirau. Hingga di tahun berikutnya banyaklah teman guru mengikuti jejakku naik motor matic.
Sejarah Transportasi di Kota Padang Panjang
Padang Panjang, sebuah kota di Provinsi Sumatera Barat. Ia memiliki sejarah transportasi yang cukup kaya. Ini mencerminkan perannya sebagai salah satu simpul penting dalam jalur pergerakan barang dan manusia di wilayah tersebut.Â
Hubungan Padang Panjang dan Batubara
Padang Panjang memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan industri batubara di Sumatera Barat, terutama melalui perannya dalam sejarah transportasi batubara dari tambang di Sawahlunto ke pelabuhan Teluk Bayur Kota Padang.Â
Pertama, Peran Sebagai Pusat Transportasi