Pada intinya, slow living mendorong masyarakat untuk melawan tekanan dunia modern yang serba instan, seperti budaya kerja berlebihan atau konsumerisme tanpa henti. Sebab semua itu bisa membuat lelah secara instan pula, stres, dan gangguan mental. Seiring waktu slow food pun dibarengi slow living.
Prinsip-Prinsip Slow Living
1. Kesadaran Penuh (Mindfulness)
Menikmati setiap momen tanpa terburu-buru, itulah esensi dari slow living yang kucoba terapkan dalam liburan kali ini. Alih-alih pergi jauh, aku memilih untuk tetap di rumah, menikmati waktu dengan memasak hidangan sederhana dan makan dengan perlahan, tanpa merasa terburu-buru.
Setiap detik terasa lebih bermakna saat aku bisa fokus pada kebahagiaan yang ada di sekitar, seperti meluangkan waktu untuk shalat dhuha, merasakan kedamaian dalam ibadah, serta menyelesaikan urusan-urusan kecil yang tetap penting, seperti ke bank.
Meskipun melambat, aku sadar bahwa kebahagiaan tak harus datang dari kesibukan atau perjalanan jauh. Slow living mengajarkan bahwa kita bisa tetap menjalani standar hidup yang bahagia dengan memilih untuk menikmati setiap aktivitas, sekecil apapun itu.
Bahkan dalam kesederhanaan, ada kepuasan yang tak ternilai dan dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri, kita justru mampu merasa lebih penuh berarti dan lebih hidup.
2. Koneksi yang Mendalam
Membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain dan alam sekitar adalah salah satu nilai utama dalam slow living. Kadang, kebahagiaan datang dari hal-hal sederhana, seperti berbagi dengan tetangga. Meski hanya sebungkus ikan kering yang bisa diberikan. Itu menjadi bentuk perhatian kecil yang menghangatkan hubungan kami.Â
Berbagi tak harus selalu dalam bentuk yang besar, namun keikhlasan dan perhatianlah yang menjadikan setiap pemberian terasa lebih berarti. Juga selalu memastikan untuk meninggalkan catatan belanja di kedai tetangga, sebuah cara kecil untuk menunjukkan rasa terima kasih dan menjaga hubungan baik.
Ini bukan hanya tentang transaksi, jangan bandingkan harga di kedai kecil itu dan di pasar tetapi tentang saling mendukung dan menghargai keberadaan satu sama lain di lingkungan yang lebih besar. Dengan cara ini, meskipun hidup melambat, hubungan yang kita bangun dengan orang-orang sekitar tetap menjadi bagian penting guna meraih bahagia dari kecil pada kebahagiaan yang lebih besar.