Selamat Hari Ibu
Hari ini, Hari Ibu, rasanya sepi tanpa kehadiran beliau. Ibu, sosok yang selalu memberikan cinta tanpa syarat. Kini hanya tinggal kenangan yang tersimpan dalam hati bersamanya.
Setiap pelukan hangat, senyuman teduh, dan nasihat bijaknya kembali terbayang-bayang seiring derai air mata. Pelukan itu membuat rindu begitu menyesakkan. Beliau kini telah tiada. Cinta dan pengorbanannya tetap hidup di hati anak-anaknya.
Cinta itu menjadi lentera yang menuntun langkah dalam setiap hari. Semoga Ibu tenang dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Allohummaghfirli wali-wali dayya warhamhuma... Doa takkan pernah putus untuk ibu dan ayah tercinta.***
Sejarah Hari Ibu
Hari Ibu di Indonesia diperingati setiap 22 Desember seperti hari ini, Minggu 22 Desember 2024. Hari ibu ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959. Tanggal ini dipilih untuk mengenang Kongres Perempuan Indonesia pertama yang digelar pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta.
Kongres tersebut dihadiri berbagai organisasi perempuan dari seluruh Indonesia. Kongres bertujuan memperjuangkan hak-hak perempuan, termasuk pendidikan dan peran mereka dalam kemerdekaan. Sejak itu, Hari Ibu menjadi simbol penghormatan terhadap perjuangan kaum ibu dalam keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan agama.
Kini, Hari Ibu dirayakan sebagai bentuk apresiasi terhadap kasih sayang ibu, pengorbanan ibu, dan peran penting ibu dalam membentuk karakter generasi bangsa.
Kenangan Pembentuk Karakter dari Ibu
Seperti biasa, pagi ini aku memasak gulai dan sambal untuk keluarga kecilku. Salah satu rempah khas untuk kedua masakan itu bawang merah. Tiap kali mengupas bawang merah, bayangan Ibu selalu hadir menemani kegiatan memasakku.
Dulu, Ibu hanya mengupas tiga butir bawang untuk membuat sambal sederhana kami. Akupun lalu berkomentar lugu, “Ma, kata mama temanku, makin banyak bawang merah masakan makin enak.”
Ibu tersenyum tipis kala itu sambil menatapku. Matanya redup lalu beliau menjawab lirih, “Iya, Nak, Mama tahu... tapi Mama tak punya uang untuk beli bawang lebih banyak.”
Kata-kata itu masih terngiang di telingaku dan nyeri di sudut hatiku, menghadirkan rasa pedih yang lebih tajam daripada irisan bawang di tanganku. 'Maafkan aku, Ma!' Bisikku lembut mengingat itu.
Ternyata, akupun kini menjalani hidup yang sama seperti Ibu dulu. Bila ingat itu, aku juga senyum malu sendirian. Setiap hari, setelah kepergian beliau, aku pun sering tak mampu membeli bawang dalam jumlah banyak. Kadang uang tak cukup, kadang malas ke kedai, atau lupa beli bawang.
Seperti Ibu, kadang aku harus berhemat, memilih mana yang lebih penting untuk keluarga kecilku. Setiap kali mengupas bawang satu biji besar, aku merasa semakin dekat dengan beliau, seolah memahami beratnya perjuangan Ibu dulu hanya kulihat tanpa benar-benar mengerti.
Sekarang barulah aku faham ucapan ibu. Perjuangan beliau menyiapkan sajian pagi, siang, dan malam hari ternyata tak mudah. Terbayang lagi ketika aku dan adik-adikku protes ini tak mau, ini tak enak. Bahkan diam-diam kami menyimpan nasi di lemari bawah karena tak suka. Beliau mengetahui ketika sudah membaui masakan basi.
Kepedihan hidup ibu perlahan kumengerti. Ketika aku harus membayar cicilan bank untuk membangun rumah, membeli mobil dan motor, serta membiayai kuliah dua anakku. Belum lagi tagihan listrik, air, kewajiban sedekah, wakaf, infak, dan pajak, pinjaman kecil yang jatuh tempo terus menumpuk.
Semua ini ternyata terasa berat, tapi juga menjadi bagian dari tanggung jawab yang harus aku pikul seperti ibu dulu memikulnya. Kadang, saat menghitung pengeluaran, aku teringat pada Ibu yang dulu berjuang dengan segala keterbatasan. Kadang bertani, berjualan ke pasar, dan berutang di bank dan kepada tetangga.
Kini, aku benar-benar memahami betapa besar pengorbanan ibu. 'Barakallah Ma. Infaq, sedekah, wakaf, dan warisanmu memberi aku hikmah pelajaran karakter. Ketika akhirnya aku mampu melunasi semuanya, ada rasa bahagia yang sulit diungkapkan, Ma.'
Beban yang selama ini menekan perlahan sirna, digantikan oleh kelegaan yang menenangkan hati. Aku tahu, mungkin kebahagiaan ini sederhana tapi mengingat perjuangan panjang di baliknya, aku merasa semua jerih payah ini sepadan.
Dalam hati, aku berharap Mama bisa mendapat aliran kebahagiaan sekarang bahwa semangat Mama telah mengalir dalam diriku.
Begitulah ternyata alur hidup ini, terus berjalan setiap hari, bulan, dan tahun dengan segala lika-likunya. Namun di balik semua itu, aku semakin menyadari betapa pengasih dan penyayangnya Allah. Dia selalu memudahkan setiap urusan hamba-Nya, bahkan di saat aku merasa beban begitu berat. Setiap kesulitan yang kuhadapi ternyata selalu diiringi kemudahan, mengajarkanku untuk tetap bersyukur dan percaya pada rencana-Nya.
Kadang, aku meminta bantuan kepada si bungsu, bahkan tak jarang harus meminjam uang darinya. Rasanya seperti gali lubang tutup lubang, tapi aku selalu berusaha menjaga kejujuran dalam melunasi setiap utang kepadanya.
Mungkin karena itu, adikku tak pernah keberatan membantu, meski aku tahu ia juga punya tanggung jawab sendiri. Kepercayaannya menjadi penguat bagiku untuk terus berusaha dan bertanggung jawab.
Kiat Menjalani Hidup Bahagia di Momen Hari Ibu
Setiap kesulitan yang kita hadapi pasti ada kemudahan yang menyertainya. Seperti yang dijanjikan Allah dalam Al-Qur'an, "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" (QS. Ash-Sharh: 6). Ayat ini pengingat bahwa meskipun kita sedang melalui masa-masa sulit, kita harus tetap bersabar dan yakin bahwa Allah akan memberikan jalan keluar.
Kemudahan itu mungkin datang dalam bentuk bantuan, solusi yang tak terduga, atau kekuatan batin untuk menghadapinya. Dengan keyakinan ini, kita diajarkan untuk tidak menyerah, karena Allah selalu menyediakan jalan untuk setiap hamba-Nya yang berusaha dan bertawakal. Karakter tangguh seorang perempuan menjadi pondasi keutuhan keluarga. Sebagaimana pepatah Arab, "Wanita Tiang Negara."
Agar menjadi perempuan berkarakter tangguh nan bahagia, tentu kita harus memiliki senjata. Senjata di sini kita sebut kiat. Kiat agar bahagia setiap hari, bulan, dan tahun, di antaranya:
1. Syukuri Hal Kecil dalam Hidup
Biasakan bersyukur. Biasakan mengucap Alhamdulillah. Kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal besar. Nikmati setiap momen sederhana seperti cerita di atas, mengupas bawang merah yang mengingatkan kita pada cinta seorang ibu. Setiap detik yang kita jalani adalah anugerah yang patut disyukuri.
Jangan melihat ke atas. Lihatlah ke bawah, masih banyak teman, tetangga yang lebih susah dari kita. Kesusahan mereka beragam. Ya masalah uang, masalah karakter anak, masalah kesusahan mendapat kepercayaan.
Kita patut bersyukur meski gali lobang tutup lobang, toh masih ada yang mempercayai kita. Kitapun bisa menyelesaikan tanggung jawab dan kewajiban kita tepat waktu.
2. Jalani Hidup dengan Keikhlasan
Tersenyumlah! Ketika kita tersenyum, baik itu terpaksa maupun ikhlas, tubuh kita akan melepaskan berjuta hormon endorfin yang menyebar ke seluruh tubuh. Hormon ini dapat meningkatkan perasaan bahagia dan mengurangi stres.
Hormon ini memberikan manfaat positif bagi kesehatan fisik dan mental kita. Senyuman, meskipun sederhana, memiliki kekuatan luar biasa untuk membawa keceriaan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitar kita.
Seberat apa pun beban hidup, jika dijalani dengan ikhlas dan senyum, hati akan lebih tenang. Sayangnya banyak di antara kita yang tidak percaya.
Percayalah bahwa setiap kesulitan akan selalu diiringi kemudahan, sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur'an. "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" (QS. Ash-Sharh: 6).
3. Belajarlah dari Perjuangan Orang Tua Kita
Seperti cerita di atas, pengorbanan orang tua adalah pelajaran berharga yang bisa kita jadikan teladan. Seperti Ibu dalam cerita itu, rela berhemat demi kebahagiaan anak-anaknya. Kita pun dapat meneladani semangatnya untuk terus berjuang menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya.
Setiap orang tua tentu menghadapi tantangan dalam mendampingi dan membimbing anak-anaknya, terutama ketika terbentur keterbatasan uang. Tantangan ini bisa semakin berat saat orang tua berusaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Demikian juga saat memberikan pendidikan yang baik, membiayai keinginan anak-anak, dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sementara sumber daya dan pendapatan terbatas. Meskipun demikian, orang tua tetap berusaha keras untuk tetap memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka.
Orang tua tetap mengajarkan nilai-nilai kerja keras, pengorbanan, dan pentingnya bersyukur atas apa yang ada. Dengan penuh kasih sayang, mereka menghadapinya dengan sabar, berupaya mengatasi segala keterbatasan demi masa depan yang lebih baik bagi anak tercinta.
4. Bijak dalam Mengelola Keuangan
Mengatur prioritas keuangan adalah kunci untuk menjalani hidup lebih tenang dan bahagia. Meskipun keterbatasan sering kali memaksa kita berhemat. Begitupun kejujuran dalam melunasi utang dan membayar kewajiban tetap harus dijaga.
Sebab kita hidup dan berutang bukan hanya sekali atau dua kali. Tetapi dalam perjalanan hidup, kita akan terus menghadapi kebutuhan yang mengharuskan kita untuk mencari bantuan. Bantuan baik itu dari keluarga, teman, atau lembaga keuangan.
Keterbatasan sering kali datang silih berganti dalam setiap fase kehidupan. Kita perlu mengandalkan dukungan orang lain untuk memenuhi kewajiban atau mengatasi kesulitan untuk sementara waktu.
Oleh karena itu, menjaga hubungan baik, bersikap jujur dalam memenuhi tanggung jawab, dan tidak ragu untuk meminta bantuan ketika diperlukan adalah langkah penting dalam menghadapi tantangan hidup.
5. Jagalah Silaturahmi dan Jangan Ragu Meminta Bantuan
Dukungan keluarga, seperti adik atau kakak adalah kekuatan besar. Jangan malu untuk meminta bantuan saat diperlukan. Tetapi pastikan untuk tetap bertanggung jawab dan menjaga kepercayaan mereka.
Bila kepercayaan saudara dijaga dengan baik, mereka akan lebih mudah untuk memberikan bantuan ketika kita butuh pinjaman. Kepercayaan dasar dari setiap hubungan yang sehat. Saudara akan mempercayai kita dengan menunjukkan tanggung jawab serta kejujuran dalam setiap urusan.
Kala kita jujur, bisa memperkuat ikatan saudara. Ketika kesulitan datang dan kita membutuhkan dukungan finansial, saudara yang telah melihat integritas dan komitmen kita akan lebih sudi untuk membantu karena mereka tahu bahwa kita akan menghargai dan mengembalikan kepercayaan yang telah mereka berikan.
6. Tetap Bersyukur dalam Segala Kondisi
Seperti telah diuraikan diatas, tetaplah bersyukur dalam segala kondisi. Syukur kunci kebahagiaan kita. Saat menghadapi masalah besar sekalipun, fokuslah pada hal-hal positif yang masih kita miliki.
Dengan bersyukur, hati akan lebih lapang dan langkah terasa ringan apalagi disertai senyuman. Hormon endorfn akan mengaliri tubuh hingga kita senantiasa merasa bahagia.
Hikmah dari Cerita di Atas di Momen Hari Ibu
Cerita ini saya sampaikan untuk mengajarkan kepada kita untuk selalu mengenang pengorbanan orang tua yang penuh cinta tanpa syarat kepada kita. Betapa berat pun perjuangan mereka, semuanya dilakukan demi kebaikan anak-anaknya.
Kini, ketika saat kita berada di posisi mereka dulu, kita memahami bahwa setiap tetes keringat mereka adalah bentuk kasih sayang yang tulus kepada kita. Cerita ini juga menunjukkan bahwa hidup adalah perjalanan panjang yang penuh ujian.
Meski hidup sebagai ujian, Allah selalu memberikan kemudahan di balik setiap kesulitan. Selama kita terus berusaha, bersyukur, dan bersandar pada-Nya, segala beban hidup akan terasa lebih ringan. Akan selalu ada solusi dan bahagia.
Kehidupan penuh perjuangan ini mengajarkan kita arti bertanggung jawab, arti ikhlas, dan arti syukur. Pada akhirnya, kebahagiaan sejati tidak datang dari keberlimpahan materi, melainkan dari hati yang tenang, hubungan antar saudara yang harmonis, dan kepercayaan pada rencana-Nya, Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H