Seperti diuraikan sebelumnya, pendidikan emosional dapat dimulai orang tua dengan langkah sederhana, melatih anak membuat lima kalimat bahagia dan lima kalimat sedih. Latihan ini membantu mereka mengenali dan mengekspresikan emosi secara verbal. Besok kalimat itu dikumpulkan kepada guru di sekolah.
Di sekolah, guru dapat membimbing siswa untuk memahami bahwa emosi adalah bagian penting dari kehidupan dan harus disampaikan dengan cara yang sehat. Proses ini menjadi dasar bagi siswa untuk belajar memahami perasaan mereka sendiri dan orang lain.
Selain mengenali emosi, anak juga perlu dilatih berkomunikasi tanpa saling menyalahkan, baik di sekolah maupun di rumah. Orang tua berperan penting dalam mendukung proses ini sepulang sekolah. Dengan dialog yang sehat, seperti mendengarkan tanpa menghakimi dan memberikan tanggapan yang mendukung.Â
Anak-anak akan merasa lebih nyaman dalam menyampaikan perasaan mereka kepada orang tua. Interaksi yang positif antara orang tua dan anak membantu memperkuat hubungan keluarga dan meminimalkan konflik, sekaligus membentuk karakter anak yang lebih empati dan bijaksana.
3. Â Memahami Keterbatasan Orang Tua
Anak-anak perlu edukasi untuk menyadari bahwa orang tua mereka tak selamanya sehat dan kuat. Akan tiba masa mereka akan tua dan jompo. Anak-anak perlu mendapatkan edukasi itu sejak dini. Edukasi untuk menyadarkan mereka bahwa orang tua mereka tidak selamanya sehat dan kuat.Â
Seiring waktu, orang tua akan menua dan menjadi lebih rentan, bahkan sebaliknya membutuhkan dukungan dari anak-anaknya lagi. Penting bagi anak-anak untuk memahami bahwa kondisi seperti jompo membuat orang tua tidak selalu mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri.Â
Dengan kesadaran ini, mereka diharapkan lebih menghargai pengorbanan orang tua dan belajar menerima kenyataan bahwa peran orang tua akan berubah seiring waktu. Makanya ketika belajar pertama di kelas anak, saya mengutamakan anak membuat peta konsep hidup mereka.
Di antara peta konsep hidup itu berisi cara mereka kelak memperlakukan orang tua mereka.
"Saya ingin mambanggakan kedua orang tua saya. Setelah itu baru saya menikah.
Keinginan beserta impian saya saat ini masih banyak. Perjalan saya masih panjang. Terutama saya ingin menghajikan kedua orang tua saya. Saya yakin setiap langkah saya tidak lepas dari do'a kedua orang tua saya." ( Fadilla Salsabila, Kelas 9F)