Memori itu baik jangka pendek maupun jangka panjang, mirip dengan data yang disimpan di hard drive kita. Saat diperlukan, otak dapat "memanggil" kembali informasi tersebut melalui proses pengingatan, sama seperti komputer yang membuka file yang tersimpan.
Namun, tidak seperti komputer, otak memiliki kemampuan adaptasi, pembelajaran, dan kreativitas yang jauh lebih kompleks, menjadikannya perangkat pemrosesan paling canggih yang ada. Bila yang tersimpan tak diulang dan dikaji lagi maka tetap terpending di dalam.
3. Motivasi Ekstrinsik yang Berlebihan
Deci dan Ryan melalui Teori Self-Determination membedakan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. "Sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada nilai atau hasil akhir (motivasi ekstrinsik) sering kali mengurangi dorongan siswa untuk belajar secara mendalam, sehingga mereka lebih memilih cara instan, seperti mencontek."
Dalam mengatasi masalah motivasi yang berorientasi pada hasil akhir di atas, strategi pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pendekatan berbasis motivasi intrinsik. Guru menciptakan lingkungan belajar yang mempromosikan rasa otonomi, kompetensi, dan keterhubungan.
Hal itu sudah dijelaskan dalam Teori Self-Determination. Salah satu caranya dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih topik atau metode belajar sesuai minat mereka. Misalnya guru bisa menawarkan proyek berbasis eksplorasi yang relevan dengan kehidupan siswa sehingga mereka merasa memiliki kontrol atas proses belajar.
Seperti Jundilan9I di atas, ia meminati bola. Ia bisa diminta membuat esai tentang bola. Dengan demikian, siswa terdorong untuk belajar karena mereka tertarik dan memahami manfaatnya dan bukan sekadar untuk mendapatkan nilai.
Selain itu, strategi lainnya memberikan umpan balik yang membangun motivasi mereka. Guru dapat menyoroti proses belajar siswa, usaha yang telah mereka lakukan, serta kemajuan yang dicapai. Hal ini memperkuat motivasi intrinsik siswa dengan menunjukkan bahwa pembelajaran sebagai perjalanan yang berharga, bukan hanya soal hasil akhir.
Pendekatan sederhana seperti ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih mendalami materi, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengurangi ketergantungan pada cara instan, mencontek.
4. Tahap Perkembangan Moral dan Kognitif
Jean Piaget juga menyebutkan bahwa siswa yang berada pada tahap operasional konkret (sekitar usia 7-12 tahun) belum sepenuhnya memahami dampak moral dari mencontek. Jika tidak dibimbing dengan baik, mereka mungkin menganggap perilaku tersebut sebagai solusi cepat tanpa mempertimbangkan konsekuensi etisnya. Mereka pun akan menuai dampak negatif berupa: