Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengajarkan Siswa Tentang Susahnya Mencari Uang: Menumbuhkan Ketangguhan, Kesabaran, dan Keimanan

13 Desember 2024   20:48 Diperbarui: 13 Desember 2024   21:17 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar uang: Foto By Pina.id

Mengajarkan Siswa tentang Susahnya Mencari Uang Guna Menumbuhkan Ketangguhan, Kesabaran, dan Keimanan

Di era modern ini harus kita sadari bahwa kemudahan teknologi sering kali menciptakan ilusi bagi siswa. Bahwa segala hal bisa diperoleh dengan cepat dan instan. Seperti permainan mereka di aplikasi android itu.

Hal ini membuat sebagian besar generasi muda kurang memahami arti perjuangan, termasuk dalam mencari nafkah, berupa uang. Mereka hanya tahu meminta. "Bun! Beli paket dong! Beli pangsit! Minta uang sepuluh ribu, dan sterusnya.

Menyadarkan siswa tentang realitas susahnya mencari uang adalah salah satu langkah penting untuk membentuk karakter tangguh, sabar, dan tetap berbaik sangka kepada Allah SWT kepada siswa di sela-sela pembelajaran.

Mengapa Penting Mengedukasi Siswa tentang Sulitnya Mencari Uang

Banyak siswa yang kurang menyadari proses panjang di balik setiap rupiah yang mereka terima. Tanpa pemahaman ini, mereka cenderung boros, tidak menghargai jerih payah orang tua, dan sulit memahami nilai kerja keras.

Dengan memberikan edukasi tentang realitas tersebut, siswa dapat:

1. Belajar menghargai usaha orang tua

Ketika mereka tahu betapa sulitnya mencari nafkah, rasa syukur terhadap pemberian orang tua akan meningkat. Mereka pun bisa berhemat, bisa menghargai makanan teman, dan tak mencuri kue teman.

Anak-anak masa kini cenderung enggan membawa bekal ke sekolah karena tergoda dengan jajanan yang beragam di kantin atau sekitar sekolah. Meskipun sering kali tak sehat. Fenomena ini mencerminkan gaya hidup boros, instan yang dipengaruhi oleh media sosial dan tren.

Kebiasaan itu nampaknya didukung pula oleh alasan ibu sibuk sehingga kebiasaan sehat seperti membawa bekal dari rumah dianggap kurang menarik saat ini. Padahal, membawa bekal tidak hanya lebih higienis dan bergizi, tetapi juga menjadi bentuk penghematan serta penghargaan terhadap usaha orang tua yang menyiapkan makanan.

Pendidikan mengenai pentingnya pola makan sehat dan manfaat membawa bekal perlu diperkuat agar anak-anak menyadari pentingnya kebiasaan ini. Edukasi ini lemah karena ibu sibuk dan pihak sekolah pun mulai longgar mendisiplinkan anak. Kejar kontrak kantin dan raup keuntungan kantin juga menjadi pemicunya.

2. Memahami pentingnya kerja keras.

Mereka akan terdorong untuk mengembangkan diri demi masa depan yang lebih baik. Ketika siswa diajarkan untuk menghargai uang, mereka akan memahami bahwa kesuksesan tidak datang dengan mudah, melainkan melalui usaha dan kerja keras.

Kesadaran ini dapat mendorong mereka untuk belajar lebih giat sebagai bekal masa depan karena mereka tahu bahwa ilmu yang mereka peroleh hari ini akan menjadi kunci untuk membuka peluang kerja yang lebih baik di masa depan.

Dengan menghargai nilai uang, siswa juga belajar menghargai waktu, upaya orang tua, dan pentingnya tanggung jawab, sehingga mereka lebih bersemangat dan disiplin dalam menjalani pendidikan.

3. Meningkatkan kedekatan dengan Allah SWT.

Kesadaran bahwa segala rezeki datang dari Allah dapat menumbuhkan rasa tawakal dan berbaik sangka siswa kepada Allah SWT sehingga siswa berhemat dengan berpuasa sunnah Senin Kamis atau puass Daud. Sehari puasa, sehari tidak.

Puasa sunnah itu, tidak hanya melatih siswa menahan lapar dan haus. Puasa ini juga menanamkan nilai-nilai penting seperti menghargai uang dan mengendalikan hawa nafsu mereka. Dalam keadaan berpuasa, siswa belajar merasakan bagaimana sulitnya hidup tanpa makanan sehingga mereka lebih memahami arti jerih payah orang tua dalam mencari nafkah.

Selain itu, puasa juga melatih pengendalian diri, termasuk dari kebiasaan buruk seperti mencuri atau melakukan hal tidak sopan seperti mengutil atau mencuri diam-diam di kantin sekolah. Dengan puasa, siswa dibimbing untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin, sabar, dan bertanggung jawab dalam menjaga perilaku.

Pendekatan Edukasi yang Dapat Dilakukan

Pendekatan edukasi dapat dilakukan untuk mengajarkan siswa tentang nilai-nilai kerja keras sehingga mereka menghargai uang. Pendekatan ini meliputi kegiatan praktis. 


1. Simulasi atau Tugas Praktis

Guru dapat memberikan simulasi sederhana, seperti kegiatan wirausaha kecil-kecilan di sekolah. Dengan menjual produk hasil kreativitas mereka sehingga siswa akan merasakan langsung bagaimana usaha diperlukan untuk mendapatkan uang.

Guru memberikan tugas wirausaha dan  proyek kreativitas yang menghasilkan nilai ekonomi. Selain itu, guru dapat menggunakan cerita inspiratif dari tokoh-tokoh sukses untuk memotivasi siswa sambil mengintegrasikan nilai-nilai keimanan melalui diskusi tentang ajaran Islam yang menekankan pentingnya usaha dan tawakal kepada Allah.

Melibatkan orang tua dalam program ini juga penting, seperti melalui komunikasi rutin atau kegiatan kolaboratif, agar pendidikan di sekolah selaras dengan pembiasaan di rumah.

2. Cerita Inspiratif

Ceritakan kisah-kisah perjuangan tokoh sukses yang memulai dari nol. Kisah ini dapat memberikan motivasi bahwa kesulitan adalah bagian dari proses menuju keberhasilan seseorang.

3. Diskusi tentang Nilai Keimanan

Libatkan ajaran Islam dalam pembelajaran ini. Misalnya, jelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan manusia untuk berusaha, sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Insyirah: 5-6, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan."

4. Melibatkan Orang Tua

Orang tua juga berperan penting dalam mengajarkan anak-anak mereka tentang realitas kehidupan. Guru bisa bekerja sama dengan orang tua melalui program atau komunikasi intensif dengan orang tua lalu buat kesepakatan tetang tata cara berhemat.

Manfaat yang Akan Dirasakan Siswa

Setelah memahami sulitnya mencari uang, siswa diharapkan menjadi lebih:

1. Tangguh.

Mereka tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan.

2. Sabar

 Mereka memahami bahwa kesuksesan memerlukan waktu dan perjuangan.

3. Berbaik sangka kepada Allah SWT

Dengan keimanan yang kuat, mereka yakin bahwa rezeki telah diatur oleh-Nya sesuai dengan usaha mereka.

Susahnya Hidup Sesuai Profesi dan Ragam Profesi Beserta Gajinya Bisa Jadi Bahan Diskusi

Menghidupi kehidupan sesuai profesi seringkali menghadirkan tantangan tersendiri. Namun, profesi juga memberikan penghasilan sebagai imbalan atas kerja keras kita.

Meski gaji tak besar, namun bila kita tangguh, sabar, dan berbaik sangka kepada Allah maka hidup kita pun akan damai dan tenang kok.

Berikut ini sedikit penjelasan arah masa depan siswa mengenai tantangan dan gambaran gaji dari berbagai profesi di Indonesia.

Tantangan Hidup Sesuai Profesi

1. Tekanan Profesionalisme

Standar kerja tinggi membuat banyak profesi terasa berat, seperti guru yang diharapkan tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi teladan moral, dan pembimbing watak dan karakter siswa yang beragam.

2. Stigma Sosial

Sebagian masyarakat masih memandang profesi tertentu kurang bergengsi, meskipun kontribusinya besar. Misalnya, petani sering dianggap tidak signifikan dibanding dokter, padahal peran mereka akan pangan  sangat penting.

3. Ketimpangan Penghasilan

Banyak pekerjaan yang tidak dihargai setara dengan beban kerjanya. Misalnya, buruh kasar sering mendapatkan penghasilan minimum, meskipun mereka bekerja keras setiap hari.

Ragam Profesi dan Kisaran Gajinya di Indonesia

1. Guru

Kisaran Gaji: Rp2.000.000 – Rp5.000.000 (guru honorer), Rp3.500.000 – Rp8.000.000 (guru PNS, tergantung golongan).

Tantangan: Kurangnya sarana pendidikan, siswa dengan latar belakang berbeda, dan beban administratif yang berat.

2. Dokter

Kisaran Gaji: Rp7.000.000 – Rp15.000.000 (dokter umum), Rp20.000.000 – Rp50.000.000 (dokter spesialis).

Tantangan: Jam kerja panjang, tekanan tinggi, dan risiko kesalahan fatal.

3. Petani

Kisaran Gaji: Rp1.500.000 – Rp3.000.000 per bulan (bergantung musim panen).

Tantangan: Ketidakpastian cuaca, fluktuasi harga hasil tani, dan biaya produksi yang tinggi.

4. Seniman

Kisaran Gaji: Sangat bervariasi, mulai dari Rp1.000.000 hingga puluhan juta rupiah tergantung popularitas dan hasil karya.

Tantangan: Harus kreatif, menghadapi kritik, dan ketidakpastian pemasukan.

5. Buruh Pabrik

Kisaran Gaji: Rp2.000.000 – Rp5.000.000 (tergantung UMR daerah).

Tantangan: Kerja fisik berat, jam kerja panjang, dan fasilitas kerja yang terkadang kurang memadai.

6. Content Creator

Kisaran Gaji: Rp3.000.000 – Rp50.000.000 (tergantung jumlah audiens dan proyek).

Tantangan: Menghadapi perubahan algoritma, persaingan tinggi, dan tuntutan inovasi.

7. Perawat

Kisaran Gaji: Rp3.000.000 – Rp8.000.000.

Tantangan: Jam kerja panjang, menangani pasien kritis, dan tekanan emosional.

8. Polisi atau TNI

Kisaran Gaji: Rp4.500.000 – Rp10.000.000 (tergantung pangkat).

Tantangan: Risiko tinggi dalam menjaga keamanan dan menjalankan tugas di medan berbahaya.

9. Programmer

Kisaran Gaji: Rp6.000.000 – Rp30.000.000 (bergantung pengalaman dan perusahaan).

Tantangan: Tuntutan menyelesaikan proyek tepat waktu dan terus mengikuti perkembangan teknologi.

10. Pengusaha Kecil

Kisaran Gaji: Tidak pasti, bergantung keuntungan usaha (rata-rata Rp2.000.000 – Rp10.000.000 per bulan).

Tantangan: Ketatnya persaingan dan kestabilan pasar.

Setiap profesi memiliki tantangan dan tanggung jawab yang unik. Penghasilan yang diterima seringkali mencerminkan keterampilan, pengalaman, dan upaya yang diinvestasikan seseorang. Oleh karena itu, penting untuk menghargai uang yang diperoleh dengan kerja keras serta memanfaatkan kesempatan belajar sebaik mungkin agar dapat meraih profesi yang sesuai dengan minat dan kemampuan.

Meskipun tidak semua profesi menghasilkan gaji besar, kesempatan untuk berkembang selalu terbuka bagi mereka yang mau belajar dan berusaha. Dengan memahami hal ini, kita dapat memotivasi diri untuk terus meningkatkan kompetensi dan menghargai proses menuju kesuksesan di dunia kerja.

Penutup

Mendidik siswa tentang sulitnya mencari nafkah bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga pembentukan karakter dan spiritualitas. Dengan memahami perjuangan hidup, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, sabar, dan selalu bersyukur. Semoga langkah ini dapat melahirkan generasi yang lebih baik, tidak hanya secara materi, tetapi juga dalam akhlak dan iman kepada Allah SWT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun