Namun, keluarga dokter Irvan tak sanggup untuk berutang. Apalagi ia dan dua adiknya sudah banyak mengeluarkan uang untuk biaya pendidikan mereka.
Mahar 300 juta dapat menimbulkan kesan materialistik pula dan mengancam harmonisasi antar keluarga. Pada akhirnya, nilai pernikahan sebagai ikatan kasih sayang justru tergerus oleh tuntutan yang tidak semua pihak mampu penuhi.
Kesimpulan
Pesta pernikahan yang megah memang memikat, tetapi kebahagiaan sejati terletak pada kehidupan setelah hari pernikahan itu sendiri. Jangan sampai euforia sesaat di pelaminan membuat pasangan harus menghadapi sengsara akibat tagihan yang menggunung.Â
Bahagia membawa sengsara harus dihindari. Dengan perencanaan yang bijak dan keberanian untuk menolak tekanan sosial, pasangan bisa memulai rumah tangga dengan fondasi yang kuat iman dan taqwa, tanpa bayang-bayang utang.
Bagaimana dengan Anda? Apakah pesta pernikahan besar masih menjadi impian, atau justru Anda lebih memilih kebahagiaan yang sederhana namun berkesinambungan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H