Hari itu, Ibu Sriati mengakhiri pelajarannya dengan sebuah tantangan sederhana. Ia berdiri di depan kelas dengan senyum yang sudah mereka kenal baik. "Anak-anak, sebelum Ibu mengakhiri pelajaran hari ini, Ibu punya tugas untuk kalian."
Siswa-siswa terlihat penasaran, dan beberapa sudah mulai membuka buku catatan. Namun, Ibu Sriati menggeleng, lalu berkata, "Bukan tugas tertulis. Kali ini, Ibu ingin kalian berjanji untuk tidak takut mencoba hal baru."Â
"Cobalah satu hal yang kalian suka, yang mungkin selama ini kalian ragu atau malu untuk lakukan. Tidak perlu sempurna, yang penting kalian berani melakukannya."
Reno, yang beberapa bulan lalu sempat berbagi tentang kecintaannya pada menulis, tiba-tiba teringat impiannya untuk memperlihatkan karyanya kepada orang lain. Dengan ragu-ragu, ia mengangkat tangannya dan berkata, "Bu, kalau saya menulis cerita pendek dan membacakannya di depan kelas, boleh, ya?"
Sontak seluruh kelas menyemangati Reno, tepuk tangan kecil terdengar riuh di dalam ruangan. Ibu Sriati tersenyum bangga. "Itu ide yang hebat, Reno. Kami semua akan mendengarkan dengan sepenuh hati."
Di hari yang dijanjikan, Reno berdiri di depan kelas, kali ini tanpa ragu dan tanpa takut. Ia membacakan cerpen buatannya dengan suara yang bergetar di awal, tetapi semakin lama semakin mantap. Cerita yang ia tulis penuh makna dan harapan, seakan-akan mewakili semua perasaan yang selama ini ia pendam.
Saat ia selesai, kelas terdiam sesaat, kemudian terdengar tepuk tangan yang membahana. Reno tersenyum, wajahnya berseri, dan Ibu Sriati mengangguk, bangga melihat keberaniannya.
Ibu Sriati membuka laptopnya. "Lihat tulisan Ibu ini. Kalian bisa mencoba menulis di sini. Nanti buka tulisan Ibu Guru. Klik NULIS. Ikuti arahan admin Kompasiana. Ikuti dan isi semua hingga muncul platform menulis. Pilih jenis tulisan Cerepen. Tulis judul. Tempel tulisan. Jangan lupa chek free plagiatmu sebelum menayangkan tulisan. Plagiat ditolerir cuma 25 %."
Ketika bel berbunyi, menandakan akhir pelajaran, Ibu Sriati berdiri dan berkata, "Terima kasih, anak-anak. Hari ini Ibu belajar sesuatu dari kalian. Keberanian, ketulusan, dan semangat kalian adalah hal yang paling berharga bagi Ibu. Teruslah seperti ini, jangan pernah berhenti mencoba. Ibu tunggu!"
Ia berjalan keluar kelas dengan perasaan hangat. Para siswa memandang punggungnya yang semakin jauh dengan harapan dan rasa terima kasih. Bagi mereka, Ibu Sriati bukan sekadar guru; ia adalah inspirasi, seseorang yang membantu mereka menemukan keberanian dan membuat mereka percaya bahwa setiap mimpi, sekecil apa pun, layak untuk diperjuangkan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H