Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rendang Terakhir di Tanah Rantau dan Rendang sebagai Kearifan Lokal Sumatera Barat: Wajib Dilestarikan

29 Oktober 2024   23:03 Diperbarui: 29 Oktober 2024   23:37 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rendang: Dokpri

Kelapa melambangkan kaum cerdik pandai, yang berperan sebagai perekat komunitas. Cabe, sebagai lambang alim ulama, menggambarkan ketegasan dan kejujuran dalam mengajarkan agama. Sedangkan bumbu rempah mencerminkan elemen individu dalam masyarakat yang menyatu dan saling melengkapi.

Melalui simbol itu, rendang menjadi pengingat akan pentingnya persatuan, peran, dan tanggung jawab setiap anggota masyarakat.

Adapun fungsi rendang dalam budaya Minangkabau beragam. Mulai dari upacara adat hingga konsumsi sehari-hari.

Pada perayaan adat, rendang wajib hadir, baik dalam acara kelahiran, perkawinan, hingga kematian. Selain itu, rendang juga digunakan sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu.

Tamu disebut sebagai panahan ulak atau sebagai tanda keramahan dan keterbukaan. Bagi mereka yang merantau, membawa rendang sebagai bekal atau oleh-oleh adalah cara untuk mengingatkan diri akan rumah dan akar budaya mereka sehingga tetap .

Saat ini, rendang telah menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat melalui industri rumah tangga. Meskipun awalnya hanya untuk konsumsi lokal, kini rendang telah mendunia, membuka kesempatan usaha bagi banyak orang. Meski begitu, nilai-nilai filosofis dan simbolis rendang tetap lestari sebagai bagian dari warisan budaya tak benda.

Rendang adalah cerminan kehidupan masyarakat Minangkabau yang penuh makna, kearifan, dan kebersamaan. Sebuah sajian yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menyimpan nilai-nilai luhur yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Sebagai warisan budaya, rendang adalah bukti nyata bahwa makanan dapat menjadi medium pelestarian nilai-nilai luhur dan kebijaksanaan lokal.

Rendang menyimpan berbagai nilai pendidikan yang kaya, terutama dalam budaya Minangkabau. Berikut adalah beberapa nilai pendidikan yang tercermin dalam proses pembuatan dan filosofi rendang:

1. Kesabaran dan Ketekunan

Memasak rendang membutuhkan waktu yang panjang dan ketelatenan karena melalui beberapa tahap hingga mencapai tekstur dan cita rasa yang diinginkan. Nilai ini mengajarkan bahwa dalam belajar dan mencapai tujuan, kesabaran dan ketekunan sangat penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun