Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidik Bukan Perantara: Demi Masa Depan Anak Didik, Menghadapi Tantangan

28 Oktober 2024   21:26 Diperbarui: 28 Oktober 2024   21:37 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi By esensi.co.id

Ia sering dijadikan perantara dalam setiap kebijakan yang mungkin tak disukai orangtua muridnya. Yang menghadapi orangtua mereka pendidik. Bukan kepala sekolah. Ia dan teman-teman faham kondisi orangtua murid.

Di tengah perjalanan pulang, Bu Ina bertanya pada dirinya sendiri, sampai kapan ia harus bertahan? Kapan perannya sebagai guru akan dihargai bukan hanya sebagai perantara peminta uang tetapi sebagai pendidik yang berhak ikut berpendapat?

Merenung

Setelah pulang dari rapat, Bu Ina merenungkan perasaannya. Setiap hari, ia berusaha memberikan yang terbaik untuk siswa-siswinya. Namun, di sekolah itu, seolah-olah dedikasinya tidak dihargai lagi. 

Ia merasa terjebak dalam sistem yang lebih memprioritaskan keuntungan daripada pendidikan. Bila kelasnya mengumpulkan uamg banyak, ia akan disanjung. Tapi bila gagal, nasibnya seperti hari ini.

Hari berikutnya, saat pelajaran berlangsung, Bu Ina melihat anak-anak di kelasnya dengan penuh harapan. Mereka generasi penerus yang perlu mendapatkan pendidikan terbaik, bukan sekadar alat untuk mengumpulkan uang.

Namun, ia juga bisa melihat keraguan di wajah mereka, mungkin akibat dari tekanan yang ditimbulkan oleh masalah keuangan yang terus-menerus dipindahkan kepada mereka.

Bu Ina memutuskan untuk berbicara dengan teman-teman guru lainnya tentang situasi ini. Dalam sebuah pertemuan kecil di ruang guru, ia mengungkapkan kekhawatirannya. "Kita seharusnya bisa mengajukan ide untuk meningkatkan kualitas pendidikan, bukan hanya jadi perantara untuk urusan keuangan," katanya.

Namun, beberapa guru lainnya tampak ragu. "Kita sudah diberi tahu untuk tidak melawan kebijakan kepala sekolah. Jika kita berseberangan, posisi kita bisa terancam," jawab salah satu rekan guru.

"Ya, nama kita bisa diganti." Jawab rekan lainnya. Bu Ina merasakan kepahitan. Ia merasa sendiri. Kenapa harus takut untuk menyuarakan pendapat demi kepentingan siswa?

Ia tidak ingin terus menjadi alat untuk meminta uang, apalagi saat mendengar keluhan orang tua murid yang juga merasa terbebani. Dalam hatinya, ia bertekad untuk memperjuangkan haknya sebagai guru, meski harus menghadapi risiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun