Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kesehatan Mental di Tempat Kerja Saya Atasi dengan Pendekatan Agama dan Menulis di Kompasiana

13 Oktober 2024   12:01 Diperbarui: 13 Oktober 2024   12:15 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Detik.com. Foto: https//mental healt.org.uk/

1. Beban Pekerjaan yang Berlebihan

Ketika tugas-tugas di sekolah menumpuk tanpa henti, guru selaku pekerja sering kali merasa kewalahan. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dapat menyebabkan tekanan mental.

Apalagi kondisi siswa saat ini dalam darurat karakter. Mereka lesu di kelas karena malam hari tak tidur dengan cukup di rumah. Mereka bebas membawa android oleh orangtua ke sekolah. Mereka berupaya untuk izin memakai android tersebut.

Mereka pun sudah merokok dan ketagihan. Akibatnya ketika guru ingin memberikan pelajaran mereka loyo. Berusaha cabut dari kelas. Bila tak diijinkan keluar, mereka pun rebah dan tidur.

Tugas di kelaspun tak selesai. Ini menjadi salah satu beban pekerjaan yang berlebihan bagi guru selaku pekerja. Perbaikan karakter siswa ini perlu kerja sama orangtua. Atasan selaku pihak berwewenang sudah seharusnya merekomendasikan siswa untuk terapi kepada orangtua mereka. Terutama siswa yang ketagihan merokok dan bermain game di HP.

2. Lingkungan Kerja yang Tidak Nyaman 

Kondisi lingkungan kerja, seperti ruang kerja yang sempit, suasana kantor yang terlalu bising karena berdekatan dengan kelas siswa, atau atasan dan rekan kerja yang toxic, dapat membuat guru merasa tak nyaman.

Ketika guru sampai di ruang guru. Mereka selaku pekerja, ingin berdiskusi dengan wali kelas tentang perkembangan siswanya di kelas. Namun tak bisa berdiskusi karena ruang guru berdekatan dengan ruang kelas siswa. Apalagi ruangan dilengkapi CCTV yang berfungsi untuk merekam pembicaraan guru.

Demikian juga ketika ada orangtua siswa yang mengadu kepada atasan. Atasan langsung membela orangtua siswa. Guru pun terpojok tanpa tempat mengadu dikeroyok atasan dan orangtua siswa. Sejatinya atasan cukup berjanji bahwa ia akan menegur bawahannya.

3. Konflik dengan Rekan Kerja atau Atasan 

Komunikasi yang buruk dan kurangnya dukungan dari rekan kerja atau atasan dapat memicu perasaan tidak dihargai, terisolasi, atau bahkan di-bully.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun