1. Beban Pekerjaan yang Berlebihan
Ketika tugas-tugas di sekolah menumpuk tanpa henti, guru selaku pekerja sering kali merasa kewalahan. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dapat menyebabkan tekanan mental.
Apalagi kondisi siswa saat ini dalam darurat karakter. Mereka lesu di kelas karena malam hari tak tidur dengan cukup di rumah. Mereka bebas membawa android oleh orangtua ke sekolah. Mereka berupaya untuk izin memakai android tersebut.
Mereka pun sudah merokok dan ketagihan. Akibatnya ketika guru ingin memberikan pelajaran mereka loyo. Berusaha cabut dari kelas. Bila tak diijinkan keluar, mereka pun rebah dan tidur.
Tugas di kelaspun tak selesai. Ini menjadi salah satu beban pekerjaan yang berlebihan bagi guru selaku pekerja. Perbaikan karakter siswa ini perlu kerja sama orangtua. Atasan selaku pihak berwewenang sudah seharusnya merekomendasikan siswa untuk terapi kepada orangtua mereka. Terutama siswa yang ketagihan merokok dan bermain game di HP.
2. Lingkungan Kerja yang Tidak NyamanÂ
Kondisi lingkungan kerja, seperti ruang kerja yang sempit, suasana kantor yang terlalu bising karena berdekatan dengan kelas siswa, atau atasan dan rekan kerja yang toxic, dapat membuat guru merasa tak nyaman.
Ketika guru sampai di ruang guru. Mereka selaku pekerja, ingin berdiskusi dengan wali kelas tentang perkembangan siswanya di kelas. Namun tak bisa berdiskusi karena ruang guru berdekatan dengan ruang kelas siswa. Apalagi ruangan dilengkapi CCTV yang berfungsi untuk merekam pembicaraan guru.
Demikian juga ketika ada orangtua siswa yang mengadu kepada atasan. Atasan langsung membela orangtua siswa. Guru pun terpojok tanpa tempat mengadu dikeroyok atasan dan orangtua siswa. Sejatinya atasan cukup berjanji bahwa ia akan menegur bawahannya.
3. Konflik dengan Rekan Kerja atau AtasanÂ
Komunikasi yang buruk dan kurangnya dukungan dari rekan kerja atau atasan dapat memicu perasaan tidak dihargai, terisolasi, atau bahkan di-bully.