Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kesehatan Mental di Tempat Kerja Saya Atasi dengan Pendekatan Agama dan Menulis di Kompasiana

13 Oktober 2024   12:01 Diperbarui: 13 Oktober 2024   12:15 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Detik.com. Foto: https//mental healt.org.uk/

"Dia duluan, Buk yang sebut nama ayah saya! Teriak Afha pula.

Sayapun cuma bisa geleng-geleng kepala. Dalam hati saya berujar, 'Nanti mereka berdua akan saya panggil secara khusus." Eh ternyata siswa lainpun latah sahut-sahutan meniru perilaku mereka. Teman putra mereka yang lainpun ikutan latah mengabsen nama ayah temannya bahkan merembet ke nama ibunya.

Jadilah satu jam pelajaran menasihati mereka. Sayangnya, dalam proses menasihati ini, satu persatu mereka izin keluar dan ikutan pula  siswi putri satu-satu keluar. Saya pun terdiam. Saya amati terus pergantian perilaku mereka. Berjalan, menyanyi, memasang kipas, menemui teman di bangku lain, keluar masuk kelas hingga yang rebahan di atas mejanya.

Sayapun terus diam, tak lanjut lagi bicara. Saya teringat peristiwa di Sumatera Utara. Guru menyuruh anak skot jam 100 kali dan berakhir siswa demam dan meninggal dunia.

"Siswa SMP di Deli Serdang, Rindu Syahputra Sinaga (14), diduga meninggal dunia setelah dihukum squat jump 100 kali oleh gurunya. Wakil Ketua KPAI Jasra Putra mengatakan peristiwa ini sangat memilukan." Sumber DetikNews.com. Selasa(1/10/2024)

Demikian juga peristiwa di tempat lain ada-ada saja siswa yang memancing guru untuk memberi hukuman dan berakhir dengan maut. Naudzu billah min dzalik. 

Terbayang lagi ada sosialisasi dinas terkait ke sekolah sekitar tahun 2018-an. Beliau menyampaikan bahwa guru boleh memberikan sanksi fisik, seperti push-up, dan lari, namun jangan berlebihan. Tapi kasus saya di kelas saat ini bukan 1 atau 2 anak. Melainkan belasan anak. Gak logis juga kasih hukuman.

Akhirnya, saya putuskan menonton aksi mereka saja. Tak terpikir memvideokan karena saya memang tak terlalu hobi dokumentasi. Sayapun lanjut terus menonton mereka. Masih seperti tadi. Berjalan, berlari-lari, keluar masuk kelas, main pesawat kertas, dan ada pula lanjut gelar tikar di sudut literasi.

Mereka berkeringat. Saya pandangi 4 dari 13 siswa putra yang diam saja. Mereka berempat beku. Diam menatap saya. Nampak mata mereka pasrah tapi tak rela. Juga beberapa anak putri yang diam beku.

Sayapun kasihan. Saya hidupkan laptop. Saya tampilkan cek ibadah di monitor kelas.

Tulislah cek ibadah ini pada kertas satu lembar dan isi titik-titik dengan jujur! Ingat, Allah SWT Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Percuma Ananda menulis yang tak jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun