No Plagiat karena Kompasiana sangat teliti dalam mendeteksi tiap tulisan. Keren dan memudahkan.
Empat kali empat, enam belas. Selamat ulang tahun, Kompasiana! Teruslah menjadi ruang inspirasi bagi banyak orang. Ini Kupersembahkan untukmu dan Kompasianer Ibu Icha. Marisa Haque. Artis idola saat aku SMP.
Jejakmu di Bawah Hujan
Hujan turun deras di sore itu. Ia membasahi jalanan yang sepi. Qeira menatap keluar dari balik jendela kamarnya. Tangannya menggenggam secangkir kopi yang sudah mendingin. Pikirannya melayang jauh.
Di sudut meja, laptopnya terbuka, memperlihatkan layar kosong yang belum terisi satu kata pun. (Mirip ruang tulis Bunda Roselina Nih. Ayahanda, Tjip)
“Hari ini harus menulis!” Gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. Namun, inspirasi seakan lari dari jemarinya. Ia mencoba menulis beberapa kata tapi semuanya terasa hampa.
Hujan yang menderas di luar justru membuatnya tenggelam dalam kenangan yang tidak seharusnya datang hari ini.
Tiba-tiba saja, bayangan adiknya, Rani, terlintas di benaknya. Rani, yang selalu ceria dan penuh semangat, kini sudah tidak ada lagi. Rani telah pergi tiga hari lalu, meninggalkan kekosongan yang tak pernah bisa terisi.
Qeira menarik napas panjang, berusaha mengusir perasaan sedih yang tiba-tiba menyergap. Qeira masih ingat hari itu. Hujan turun seperti sore ini. Mereka berdua berlarian di bawah guyuran air dari langit.
Rani tertawa, sementara Qeira berusaha melindungi kepalanya dengan tangan, meski akhirnya menyerah. Mereka basah kuyup, namun tawa Rani menghangatkan sore yang dingin itu.
“Kak, kapan-kapan kita harus menulis cerita bersama!” Kata Rani waktu itu, sambil melompat di atas genangan air. Ada lantai teras yang rendah. Air hujan pun menggenanginya.