Senja mulai turun, menebarkan warna oranye lembut di langit. Pertanda Maghrib segera datang. Angin sore yang sejuk berhembus perlahan. Ia membawa aroma khas daun-daun yang basah setelah hujan. Kota ini memang sangat akrab dengan hujan. Syukurlah jelang Fadli turun hujan sudah reda.
Fadli pun mendarat di Terminal Kota Sejuk Berjuluk Serambi Mekah. Ia melempar pandangan ke sekeliling. Ia mencari mobil Avanza Veloz milik ayahnya. Nampak mobil putih itu parkir di bawah pohon berdaun rindang.
Ayahnya terlihat sedang menelepon. Pantaslah beliau tak melihat Fadli yang baru saja mendaratkan kaki di atas aspal terminal Kota Padang Panjang ini. Ya, ia baru saja melakukan perjalanan dua hari dua malamnya. Semarang via kereta ke Jakarta-Gambir. Lalu dari Gambir-Kampung Rambutan.
Dari Kampung Rambutan via bus menuju Kota Padang Panjang. Dua hari dua malam ia dalam perjalanan menuju kampung halaman tercinta. Ia sedang berlibur saat ini. Cukup lama waktu liburnya. Ada tiga pekan sebelum masuk tahun ajaran baru di kampusnya.
"Ayah sehat?" Tanya Fadli sambil meraih tangan kanan Ayahnya yang sudah selesai menelpon. Beliau memasukkan teleponnya ke dalam saku kemejanya.
"Alhamdulillah sehat, Nak! Sudah sampai rupanya." Ayahnya pun menyambut tangan Fadli hangat. Kemudian beliau menepuk bahu putranya lembut. Mereka pun saling memeluk untuk melepas rindu.
"Mana barang-barang bawaanmu. Cuma dua tas ini?" Tanya beliau sambil mengurai pelukan mereka.
"Ya, dua tas ini saja, Yah." Jawab Fadli sambil tersenyum. Tak banyak yang berubah dari Ayahnya. Wajahnya masih terlihat muda meski sudah berumur 57 tahun. Rambutnya pun masih hitam.
Fadli pun memasukkan barangnya ke jok tengah. Ia dan Ayahnya masuk ke jok depan. Ayahnya di belakang kemudi dan ia duduk di samping Ayahnya.
"Tidurlah bila masih lelah!" Suruh beliau sambil menghidupkan mesin mobil. Bunyi alarm silbetpun terdengar menjerit.