Jangan buru-buru menghakimi atau memberikan nasihat pada anak. Dengarkan apa yang anak katakan sampai selesai. Fahami lalu berdiskusilah dengan anak untuk menentukan solusi.
Ketiga, Berikan kebebasan yang terarah untukanak
Anak remaja membutuhkan ruang untuk mengeksplorasi dunia mereka, tetapi pastikan tetap ada batasan yang jelas. Misal ikutkan anak kegiatan sesuai hobinya. Menari untuk putri dan footsal mungkin untuk putra.
Keempat, Jadilah teladan untuk anak
Anak-anak sering kali mencontoh perilaku orangtua mereka. Jika kita ingin anak lebih terbuka, cobalah untuk lebih terbuka juga kepada mereka. Ajaklah mereka bercerita tentang teman-teman yang dia senangi.
Kelima, Hindarilah overprotektif secara terang-terangan
Memberi kepercayaan kepada anak untuk membuat keputusan mereka sendiri merupakan bagian penting dari perkembangan mereka. Namun, kita harus tetap mendampingi mereka dari jauh. Rahasiakan bahwa kita mengawasi mereka.
Perlu Menghadapi Konflik dengan Bijak, Bun!
Menghadapi konflik antara orangtua dan anak sesuatu yang tak terhindarkan. Itu siklus hidup. Makin cerdas orangtua dan anak, tentu konflik pun akan sering hadir. Baik konflik ide, konflik batin, maupun konflik fisik.
Kecerdasan kita untuk cara menyelesaikannya menjadi kunci penting untuk menjaga hubungan tetap harmonis. Cara terbaik tentu dengan menyelesaikan konflik itu secara terbuka. Kita selaku orangtua tak menutup diri, dan tetap mencoba memahami perspektif anak kita.
Pendekatan agama salah satu andalan kita. Setiap keluarga memiliki dinamika unik, dan meskipun masalahnya serupa, tapi solusi yang diterapkan bisa berbeda-beda. Hal terpenting orangtua memastikan bahwa baik kita selaku orangtua maupun anak tetap harus dalam konteks merasa dihargai, didengar, dibutuhkan, dan disayangi dalam proses penyelesaian konflik.