Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menulis Puisi Nak

24 September 2024   20:42 Diperbarui: 24 September 2024   21:16 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Mari Menulis Puisi, Nak! Foto Tempo Instituti.com

"Kalau mau membuat puisi yang bagus," katanya sambil tersenyum, "kamu harus tahu dulu unsur-unsur di dalamnya. Seperti yang ku bilang di atas."

Dia lalu menjelaskan kembali satu persatu. Lalu ada irama. Dia melanjutkan penjelasannya tentang kata konotasi, lambang, dan imaji, membuat pikiranku semakin terbuka.

Kata-kata konotasi, misalnya, mampu menyembunyikan makna di balik lapisan kiasan. Lambang bisa memperkuat pesan, seperti bunga yang melambangkan cinta, atau merah yang melambangkan keberanian. 

Imaji, ah, itu yang paling membuatku tersentuh. Imaji mampu membawa pembaca seolah benar-benar hadir di dalam suasana yang digambarkan oleh puisi.

Setelah penjelasan itu, aku merasa lebih percaya diri untuk menulis puisi. Aku mulai menulis. Pena di tanganku memang seolah menari-nari di atas kertas, menciptakan sebuah dunia baru di antara kata-kata.

Di tiap kata yang kutulis, aku menyisipkan makna, irama, dan imaji. Puisi itu perlahan terbentuk, seperti melodi yang menenangkan hatiku.

“Jadi, sudah siap membaca puisi buatanmu?” Tanya angin itu lagi.

Aku menatap kertas di tanganku. Kali ini, aku merasa siap. Aku tahu, puisi ini cerminan perasaanku yang terdalam, dan kini aku tak takut lagi membiarkan orang lain melihatnya.
---

 Bahasa dalam Puisi Kita

Majas tentang bahasa kias penuh makna,  
Ada langit keruh bercerita tentang jiwa,  
Ada sungai tak lagi sendiri di sana,  
Kiasan itu menyatukan dua dunia.

Personifikasi datang bicara lembut,  
Langit menatapku ceria dan lembut,  
Matahari mengintip malu-malu imut,  
Di balik dedaunan, ia tersenyum imut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun