" Udah mulai belajar tadi, Dek?" Tanya saya kepada si bungsu ketika menjemput ke sekolah.
" Belum, Bun. Tadi tes diagnostik." Jawabnya.
Tes diagnostik mendadak jadi bahan omongan di awal pembelajaran tahun ajaran baru ini. Apa sih tes diagnostik? Pentingkah tes diagnostik bagi kita guru? Yuk, simak cerita saya berikut.
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui pemahaman dan ketidakpahaman siswa ketika mempelajari sebuah mata pelajaran.
Hasil tes ini dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan siswa atas Capaian Pembelajaran kita guru. Tes ini dapat digunakan oleh kita guru sebagai dasar memberikan tindak lanjut saat proses pembelajaran pertama.
Tes diagnostik dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan untuk melakukan sesuatu pada siswa. Tes sengaja dirancang untuk memudahkan kita guru dalam mengidentifikasi apa saja kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar dmulai.
Dulu, ada guru yang menamai sebagai kuis. Misalnya, guru mengajar tentang laporan observasi. Guru menyiapkan 5 soal untuk mengetes pengetahuan siswa, seperti:
1. Apakah kamu pernah membaca laporan?
2. Di mana kamu pernah membaca laporan?
3. Laporan apa yang kamu baca?
4. Apa saja sistematika dari laporan yang kamu baca?
5. Bagaimana bahasa yang digunakan pada laporan?
Dari 5 soal di atas, kita guru sedang menguji dan mengobservasi kekuatan siswa tentang laporan dari segi bentuk laporan, pengertian laporan, jenis laporan, dan bahasa laporan.Â
Dengan begitu, guru bisa menetapkan tindak lanjut apa yang tepat dan sesuai untuk menjawab kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh siswanya di kelas.
Depdiknas (2007) pun meberikan definisi bahwa tes diagnostik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang ditimbulkan pada siswa pra belajar sesuai Capaian Pembelajaran Guru.
Sementara menurut para ahli, seperti Zhao (2013), tes diagnostik merupakan tes yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa terhadap mata pelajaran apa saja. Misalnya 5 soal di atas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang laporan.
Suwarto (2014) juga memberikan pernyataan bahwa tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan atau miskonsepsi pada siswa tentang topik tertentu dalam pembelajaran. Sehingga hasil tes didapat sebagai masukan akan respon siswa untuk memperbaiki kelemahan atau ketidaktahuan mereka.
Menurut bahasa sederhana saya selaku guru Bahasa Indonesia bahwa tes diagnostik kognitif ini adalah semacam kuis. Kuis ini lebih mengarah kepada pemancingan minat siswa. Dengan tes ini guru bisa memutuskan bahwa siswa belum tahu atau siswa sudah tahu apa sih laporan? (Yusriana Siregar Pahu).
Bila dikaji pada zaman KTSP dan Kurtilas, disebut apersepsi. Guru mengundang kembali atau guru memancing lagi kemampuan, pengetahuan siswa, kelebihan siswa akan materi ajar yang akan diajarkan saat itu.
Saya masih ingat ketika melakukan pembelajaran 'Paragraf'. Saya akan menyiapkan bahan ajar satu paragraf di kertas HVS.
Misalnya,"Tomat adalah tumbuhan yang pertama kali ditemukan di Amerika Selatan. Tomat masih berkerabat dengan terung, kentang dan paprika.Tomat termasuk salah satu jenis buah. Strukturnya mempunyai daging dan biji yang aman apabila tertelan."
Kemudian saya ikuti dengan pertanyaan:
1. Disebut apakah kelompok kalimat di atas?
2. Berapa jumlah kalimatnya?
3. Fungsi kalimat pertama sebagai apa?
4. Fungsi kalimat lain sebagai apa?
Tes saya di atas akan menggiring siswa menggali pengetahuan mereka tentang paragraf, mereka pun tergiring kepada jawaban:
1. Paragraf
2. 4 kalimat
3. Kalimat utama paragraf
4. Sebagai kalimat penjelas
Namun, tak semua siswa lho bisa menjawab tes itu dengan benar. Makanya tes ini sangat penting bagi kita guru. Untuk bisa mengidentifikasi siswa yang sudah tahu dan belum tahu.
Bagi siswa yang sudah menjawab dengan benar kita bisa langsung memberikan tes pengayaan sedangkan bagi siswa yang belum mengetehui kita bisa bertindak menjelaskan.
Tes diagnostik ada dua. Kognitif dan non kognitif. Ketika tes diagnostik kognitif di atas dilaksanakan siswa dapat diklasifikasi berdasar kekuatan dan kelemahan mereka sehingga guru bisa bertindak sesuai kemampuan siswanya.
Tes lanjutan bagi siswa yang kuat atau tuntas bisa kita beri lanjutan berupa:
1. Apakah ciri-ciri kalimat utama paragraf?
2. Apakah ciri-ciri kalimat penjelas paragraf?
3. Apakah gagasan utama paragraf di atas?
4. Apa saja gagasan penjelas paragraf di atas?
Mereka tergiring pula menjawab :
Kalimat utama memiliki ciri:
1. Kalimat berdiri sendiri
2. Kalimat tidak memiliki konjungsi antar kalimat
3. Kalimat tidak memiliki kata-kata rujukan. Kecuali konjungsi yang menyatakan kesimpulan.
4. Bentuk kalimat lebih umum yang dapat diperjelas dengan kalimat sesudahnya.
Ciri kalimat penjelasan:
1. Kaliat terkait / mengulang kata dengan yang sebelumnya.
2. Biasanya mengandung kata penghubung atau konjungsi antar kalimat.
3. Biasanya memakai kata rujukan
4. Kalimat tidak bisa berdiri sendiri karena maknanya akan kabur jika dipisahkan dari kalimat utama.
5. Kalimat penjelas biasanya berbentuk data, fakta, contoh, opini, dll.
Gagasan utama paragraf:
Tomat pertama kali ditemukan di Amerika Selatan.
Tomat ditemukan di Amerika Selatan.
Tomat ditemukan.
Gagasan penjelas paragraf:
Tomat berkerabat dengan terung, kentang dan paprika.
Tomat termasuk buah.
Strukturnya mempunyai daging dan biji
Strukturnya aman tertelan.
Baru-baru ini saya masuk ke dua kelas yang saya ajar. Saya pun mengajukan pertanyaan,
seperti:
1. Apakah kamu pernah membaca laporan?
2. Di mana kamu pernah membaca laporan?
3. Laporan apa yang kamu baca?
4. Apa saja sistematika dari laporan yang kamu baca?
5. Bagaimana bahasa yang digunakan pada laporan?
Ternyata dari 30 siswa, 4 siswa menjawab tidak pernah. Setelah dilakukan dialog dan penjelasan, mereka pun mengatakan, pernah bikin laporan pada pelajaran Prakarya dan Biologi. Misalnya Laporan Pembuatan Tape, Toge, dan Tempe.
Setelah kemampuan siswa terdeteksi seperti di atas, guru pun tentu lebih mudah untuk berdiskusi dan memotivasi siswa dalam pembelajaran laporan.
Jadi, apa sih fungsi tes diagnostik dan non diagnostik itu?
Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, pertama, mengidentifikasi masalah siswa dalam belajar.
Kedua, mengidentifikasi kesalahan yang dialami siswa sebelum belajar.
Ketiga, merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesalahan yang telah teridentifikasi tersebut.
Tes diagnostik non-kognitif pun tak kalah pentingnya bagi guru. Tes ini digunakan mengukur atau mengetahui kondisi psikologis dan emosional siswa. Beragam emosi siswa dari rumah.
Ada yang telat subuh, telat bangun, dimarahi ibunya, kehilangan sepatu sebelah, kaus kaki sebelah, dan banyak lagi drama mereka di pagi hari sebelum menuju sekolah.
Makanya sebelum memulai pembelajaran tes ini bisa kita andalkan. Tes ini dapat pula digunakan untuk mengukur aktivitas belajar siswa selama di rumah mereka, kondisi keluarga mereka, pergaulan siswa, gaya belajar, karakter, dan minat bakat siswa.Â
Tes diagnostik non-kognitif terdiri atas tiga tahapan. Tahapan persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.Â
Tes diagnostik non-kognitif sangat membutuhkan keterampilan guru. Baik dalam bertanya atau membuat pertanyaan. Tidak semua siswa dapat memberikan informasi secara detail apalagi berkaitan dengan kehidupan pribadi mereka.
Seperti kondisi keluarga dan hubungannya dengan orang tua dan teman-temanya. Kalau saya biasanya mendiagnosa siswa dengan membuat peta konsep hidup seperti berikut ini.
PETA KONSEP HIDUPKU
Namaku Razaqi Mulia. Biasa dipanggil Zaqi.
Aku dilahirkan di Sontang, Kabupaten Pasaman, Kecamatan Padang Gelugur.
Tanggal lahirku, 28 Januari 2009. Kejadian ketika aku dilahirkan terjadi gempa bumi ketika hendak pulang dari rumah bidan.
Cita-citaku menjadi pengusaha. Aku ingin membantu ayahku yang juga pengusaha. Beliau berharap, kelak aku meneruskan usaha keluarga kami.
Pendidikanku, dimulai dari waktu TK. Saaya sangat nakal kepada guru. Saya juga sering tidak mau mengikuti pelajaran. He he he.
Pendidikan saya berlanjut di SD. Saya mulai sopan kepada guru. Saya mulai mengikuti semua pelajaran.
Pendidikan saya waktu MTsN, saya suka telat memberikan tugas, saya sering di panggil guru ke kantor guru, tapi lama kelamaan saya mulai cepat memberikan tugas yang diberikan oleh guru.
Aku dilahirkan oleh pasangan yang berbahagia. Nama ayahku Mulyadi. Pekerjaan ayahku wirausaha. Alamat ayahku Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman, Kecamatan Padang Gelugur.
Nama ibu Halimah. pekerjaan ibuku PNS. Alamat Ibuku Tapus, Kabupaten Pasaman, Kecamatan Padang Gelugur.
Keluarga kami beragama Islam. Ayah saya biasanya sering pergi sholat ke masjid, dia mengajak saudara saya, saya ikut pergi ke masjid, kalau ibu biasanya sholat di rumah tapi dia juga sesekali sholat ke masjid.
Saya anak kedua dari dua bersaudara. Saudara saya sudah mulai kuliah yang di Padang. Dia mengambil jurusan kedokteran. Dia sangat baik kepada saya. Dia juga sering menuruti kemauan saya. Dia saudara yang paling saya sayangi.
Saya mungkin akan melanjutkan pendidikan saya ke Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Padang Panjang. Alasannya agar tidak salah pergaulan di kampung.
Setelah tamat SMA, saya akan kuliah mengambil jurusan ekonomi agar bisa meneruskan pekerjaan ayah.
Sekian terimakasih~~
Dari peta konsep hidup Zaqi di atas, guru bisa mengetahui bahwa Zaqi tumbuh dan kembang dengan baik di rumah orang tuanya. Zaqi pun sudah punya tekad dan cita-cita. Kita guru bisa memposisikan Zaqi di kelas sebagai murid yang sudah memiliki kesadaran untuk belajar, demi masa depan menjadi pengusaha.
Mudahan contoh-contoh di atas bisa bermanfaat bagi kita selaku guru. Bisa kita simpulkan bahwa penting tes diagnostik dan non diagnostik bagi kita guru. Salam literasi dari Kota sejuk Padang Panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H