Mengubah mindset siswa bisa kita lakukan dengan cara pendekatan agama, mengetuk relung hati siswa paling dalam dengan menceritakan proses pembentukan manusia di dalam rahim ibunda mereka.
Bahwa ketika mereka lahir ke dunia bukan hanya kehendak ayah dan bunda mereka saja. Bahkan merekalah yang menentukan diri mereka untuk lanjut bernafas atau tidak di dalam rahim sang bunda.
Sebab ketika janin tumbuh di rahim sang bunda, terjadi dialog antara Allah dengan janin.Â
Sebelum ruh ditiupkan kepada janin, janin ditanyai Allah sanggupkah mengarungi dunia dengan takdir seperti ini? Allah pun memperlihatkan perjalanan hidup janin dari lahir hingga meninggal dunia.Â
Ketika terjadi dialog tersebut ada janin yang menjawab tak sanggup. Maka gugurlah ia. Ibunya mengalami keguguran. Namun, bila menjawab sanggup, maka janin lahir sebagai anak yang sehat.
Hal itu mengingatkan anak bahwa dia harus menyelesaikan tanggung jawab sebagai kalifah di muka bumi. Tanggung jawab kepada diri sendiri, orangtua, kerabat, dan lingkungan.
Kedua, Buka Mindset Mereka
Beritahu mereka bahwa mereka adalah siswa dan kita guru. Namun, meskipun guru, kita tetap manusia biasa. Kita sukses berbagi ilmu dengan mereka jika mereka open atau dalam posisi on dan terbuka.
Harus ada sikap rendah hati. Bukan sombong. Lalu berilah perumpamaan. Siapkan 1 gelas kosong dan satu botol air. Jelaskan bahwa murid seumpama gelas kosong dan botol berisi air adalah seumpama guru.
Bila siswa berposisi seperti gelas kosong (open), guru bisa mentransfer ilmu kepada siswa dengan sempurna. Air dalam botol seumpama ilmu. Lalu peragakan gelas kosong diiisi air hingga penuh.
Sebaliknya, ketika siswa muncul di kelas dalam posisi gelas penuh, peragakan gelas yang sudah penuh diisi tadi. Berarti murid sombong dan berposisi closed atau menutup diri. Posisi of. Misalnya dengan mengatakan, "Ah, gurunya jelek!"; "Ah, gurunya pendek!"; "Sok pintar!"Â