Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Aku Tak Pernah Minta Dilahirkan

6 Juli 2023   05:13 Diperbarui: 6 Juli 2023   05:39 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pradananusantara.com

Ia raih tangan putranya, "Mama pernah merasakan rasa bersalah pada nenekmu di usia si dedek, Bang. Mama kan anak tertua. Semua pekerjaan rumah mama yang lakukan. 

Nenek mana mampu membayar asisten rumah tangga." Via menghapus mata kirinya. Kenangan masa kecilnya pun menari-nari. Kala itu membantu orangtua sangatlah berat.

"Bang, Mama mengatakan kepada nenek,  "Aku tak pernah minta dilahirkan." Ngeri perkataan mama pada nenek, Bang. Yah, mama lelah. Lelah mengerjakan semuanya. Banyak sekali tugas mama. 1)(8. 1 banding 8 lo, Bang." Ia menatap putranya.

"Mama sendiri. Adik mama 6. Tambah nenek dan kakek. Delapan yang mengotori. Sedang mama sendirian yang membersihkan semua." Kembali bulir bening bergulir di pipinya. Ia garuk kelopak mata kanannya yang gatal.

"Teman-teman abang di SMA juga banyak yang bilang iru, Ma. Ustadz, aku tak pernah minta dilahirkan." Jelas putranya sambil tertawa.

"Kamu sendiri gimana?" Tantang Via.

"He he he... abang bilang itu dalam hati saja Ma. Kalau lagi kesal dengan tugas sekolah yang banyak. Tapi teman-teman abang curhat itu bila ustadz membahas berbakti kepada orangtua, Ma." Jelas putranya lugu.

"Makanya, mama tak mau maksa si dedek melakukan pekerjaan rumah dengan alasan itu. Mama takut akan terlontar kata yang sama. 'Aku tak pernah minta dilahirkan.' Namun, sesekali mama suruh juga kok." Via senyum di sela tangisnya.

"Semau si dedek saja, Bang. Bila mau, ya iya kerjakan. Bila tidak mau, gimana lagi bang. Mama ngak maksa dan merepet."

Putranyapun pergi ke kamar adiknya. Terdengar ia menasihatinya. Sedang Via pun kembali pada kenangan masa lalunya.

Tak lama suaminya pun datang. Beliaupun ikut merebahkan diri di lantai. Meniru gaya rebah istrinya. Menerawang dan meletakkan kedua tangan di bawah kepala sebagai bantal mereka.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun