"....Sebelumnya, R (14) siswa kelas VII SMPN 2 Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah membakar sekolahnya sendiri pada Selasa (27/6/2023) dini hari." Salah satu paragraf laporan tersebut.
Duh, satu lagi PR kita orang tua dan Guru. Pembakaran. Sebelunnya bullying, pemerkosaan, tawuran, narkoba, seks bebas, membunuh, dan sekarang membakar sekolah.
Aduh, ternyata inilah zaman era global, perdagangan bebas, dan era keterbukaan itu. Dulu, saat belajar IPS tentang tantangan Indonesia  di Era global, serasa biasa saja. Siapa nyana ternyata saya dan kompasianer sekalian adalah orangtua di era ini bahkan juga guru.
Betapa tercoreng muka guru di Sana oeh ulah R. Tak menghargai guru dan sekolah mereka. Bahkan tak takut hukum.
Wajarlah bila Kompasiana mengawali topik ini dengan paragraf, "Kompasianer, selain kognitif (Pengetahuan), ada aspek lain yang perlu dipelajari oleh anak, yakni aspek emosi. Apakah anak pernah kelepasan mengekspresikan emosinya sehingga tak terkendali? Bagaimana cara mengatasinya?"
Betul sekali. Tantangan dan PR guru memang bertambah- mencegah anak membakar. Bayangkan R, baru usia 14 tahun sudah memiliki persiapan cara membakar sekolahnya.
Kita pun sangat menyayangkan memang atas kurangnya kendali orang tua atas anak. Dini hari keluar rumah. Berkali-kali dibuly teman. Mengapa rendah sekali pengawasan orangtua kepada anak?
Duhai ayah bunda, perhatikanlah wajah lelah mereka saat pulang sekolah. Mintalah mereka bercerita bagaimana guru dan teman mereka du sekolah. Namun, semua itu hanya kalimat saran untuk orangtua cerdas yang melek baca, sedang orangtua murid kita, merem baca. Prihatin masih saja ada bulying di antara anak kita.
Saya masih ingat, ponakan saya semangat di sekolah pada minggu-minggu pertama masuk di sekolah saya. Namun, 1 bulan belajar mulai lesu. Mulai minta pindah sekolah. Mulai sakit.Â
Sayapun cek chat dengan saudarinya ternyata ada yang ganjil, "Dek, masih diketawain temanmu, Dek?"
Kening saya berkerut. Saya pun cari info. Pura-pura cerita kepada teman sesama guru. Ternyata nama ponakan saya mereka pelesetkan. Misalnya, Fur - Qon menjadi Fur Qon t*l. Jorok banget deh ini di kampung saya.Â