Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Memaafkan Orang Lain Bukti Mencintai Diri Sendiri

29 April 2023   20:23 Diperbarui: 29 April 2023   20:48 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by Popbela.com

Samber THR, Samber 2023, H-29. Dikit lagi kita finish. Kali ini tema kita keren. Memaafkan orang lain.

Pernahkah Kamu merasa nyeri di dada sebelah kiri? Merasa sesak nafas dan kurang pasokan oksigen?

Bila pernah, berarti Kamu sedang memikirkan seseorang secara negatif thinking. Mengapa negatif thinking menimbulkan rasa sakit di tubuh kita? Karena sejatinya manusia lahir dalam keadaan suci. 

Manusia lahir dengan sejumlah perjanjian dengan Allah. Bila janji bisa disanggupi maka Allah meniupkan ruh ke jasad kita dalam rahim. Namun, bila tak sanggup memikul janji, maka kita tak diberi ruh. Hingga mama yang mengandung mengalami keguguran.

Namun, bila sanggup dengan umur sekian-sekian. Maka kita lahir ke bumi. Ada yang panjang umur dan ada pula yang pendek umurnya sesuai perjanjian di rahim, mau umur berapa kita. Kita yang milih lalu Allah yang memberi kita kesempatan.

Sesuai dengan janji dan kodrat suci di atas, manusia tak bisa berpikiran negatif karena berlawanan dengan sifat baik(suci) di atas. Bila kita berpikiran negatif, maka tubuh kita akan bereaksi negatif pula.

Makanya senyum menghasilkan endorfin bahagia dan positif reaksinya pada tubuh. Hilang rasa sakit. Senyum berarti baik atau positif. Sebaliknya, cenberut, marah, jengkel apalagi benci bersifat negatif. Menimbulkan reaksi sakit di tubuh kita.

Misalnya ketika kamu tersinggung, darah berdesir, telinga panas, atau pipi panas. Ini reaksi negatif tubuh atas rasa tersinggung. Tapi coba bila kita menanggapi dengan senyum, konsentrasi tubuh pada bibir karena menghasilkan senyum itu berat dalam kondisi tersinggung. Benarkan?

Demikian juga memaafkan, memaafkan akan berdampak positif pada tubuh. Karena memaafkan itu positif. Berarti sesuai dengan kodrat tubuh suci atau baik.

Memaafkan orang lain sangat bermanfat bagi tubuh kita. Dengan memaafkan orang lain berarti kita mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri maksudnya, kita memelihara kesehatan tubuh kita.

Menjauhkan tubuh dari racun. Sebab marah, dengki, irihati, apalagi tersinggung lalu dendam adalah racun paling berbahaya buat tubuh kita. Otak kita rusak, jiwa rusak, pikiran rusak, hati rusak hingga memicu detak jantung tak stabil. Akhirnya tak bisa tidur lalu ginjalpun turut rusak.

Tak ada gunanya kita pelihara sakit hati. Diri kita akan sakit. Maka cara memaafkan orang lain dengan:

Pertama, ajak hati bersahabat dengan kita. Ajak hati berbicara. Katakan pada hatimu, aku mencintaimu. Aku tak ingin meeusakmu karena orang itu. Lalu senyumlah.

Kedua, ajak pikiran bersahabat 

dengan kita.  Ajak juga pikiran berbicara. Katakan pada pikiranmu, aku mencintaimu. Aku tak ingin meeusakmu karena orang itu. Lalu senyumlah.

Ketiga, usir dendam dari hati kita. " Hei, dendam aku tak ingin merusak hati dan pikiranku. Maaf ya, silahkan kamu pergi menjauh dariku. Lalu ucapkanlah ishtighfar atau laa ilaaha illalloh, muhammadar rosulullah.

Keempat,  usir marah dari pikiran kita. Katakan,  " Hei, marah,  aku tak ingin merusak kecantikanku. Maaf ya, silahkan kamu pergi menjauh dariku. Lalu ucapkanlah ishtighfar atau laa ilaaha illalloh, muhammadar rosulullah.

Tersenyumlah. Kamu sudah berhasil move on dari dendam dan marah. Kamu sudah mencintai dirimu sendiri. Buat apa kita memimirkan si dendam dan si marah. Ia tak pernah memberi kita makan, minum, apalagi uang buat berobat atau beli coklat.

Biarkan ia minggir dan move on dari diri kita. Karena kita harus mencintai diri kita. Biar senantiasa sehat walafiat. Bila ini kamu terapkan memaafkan orang lain bersrti kamu sudah mencintai diri sendiri. Kamu pun telah menjelma menjadi manusia pilihan yang memiliki hati seluas telaga.

Telaga takkan bisa diubah rasanya dengan sesendok garam atau gula. Namun, bila hatimu sempit hanya seluas cawan atau gelas, maka kamu akan mudah diasinkan atau dimaniskan. He he he.

Sebuah kisah di zaman Rasulullah. Seorang sahabat bertanya, siapa di antara para sahabat yang dulu masuk Surga. Rasulullah menjawab, orangnya tak ada di sini. Itu rumahnya.

Lalu salah seorang sahabat penasaran. Mengapa sahabat mereka itu yang duluan masuk surga. Apa ada beda amalannya dengan para sahabat. 

Ia pun pura-pura menginap di sana. Malam pertama, kedua, ketiga ketika dilihat sahabat yang menginap amalan mereka sama. Shalat, puasa, sedekah, doa sama. Akhirnya ia minta izin tidur sekamar dengan sahabatnya. Ketika jelang tidur si sahabat berdoa, dzikir, dan baca surah Al Quran tertentu.

Sesudah semua ritual itu selesai, ia pun berkata, " Ya Allah, hamba sudah memaafkan semua ummatMu yang pernah bersalah dan menyakiti hamba hari ini, Ya Allah. 

Lalu si sahabat yang menginap melapor kepada Rasul. Bahwa si sahabat memberikan pernyataan sudah memberi maaf kepada siapapun.

Jawab Rasul, "Ya, itulah pembeda ia dari kita. Ia menyatakan memberi maaf kepada siapapun. Sedang memaafkan itu bagi sebagian kita sangat berat. Jadikan tradisi atau kebiasaan maaf memaafkan ini menjadi kebiasaan.

Tradisi maaf memaafkan ini kita mulai dari sekarang. Bulan Syawal ini. Tradisi baik lagi menyehatkan diri. Menjaga kesehatan lebih baik daripada mengobati. Lagi tangan di atas, lebih baik dari tangan di bawah. Tradisi memberi maaf lebih baik daripada meminta maaf.

Jadi bila cinta diri, berilah maaf kepada orang lain agar sukses dunia dan akhirat. Sehat di dunia, surga di akhirat. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun