Sebagai anak kampung, saya dan teman-teman hobi berenang di sungai. Kami mandi bersama. Air jernih dan dalam. Itulah tempat favorit kami mandi. Berendam berjam-jam. Pasti dong ada air tertelan. Sebab kita mandi sambil bercanda. Ketawa-ketiwi.
Kadang kita main siram-siraman. Apalagi di bulan Ramadhan. Semangat mandi makin membara. Panas lho di kampung saya. Mandi-mandi di siang hari jadi incaran. Tak ada niat buat menghilangkan dahaga atau curi-curi minum air, tapi sekedar mandi saja.
Nah, saat mandi, pasti ada saja teman yang usil. Kita sudah menjaga agar rambut jangan basah karena sedang puasa. Mak-mak selalu berpesan, mandi ketika puasa, rambut jangan dibasahi. Nanti air masuk mulut.
Eh, ada teman menyauk air dengan dua tangan dan blazzzsh... kita disiram. Mana mau kalah, akhirnya, perang air pun terjadi. Adu kekuatan dengan dua jari. Yah, air masuk mulut karena perang air sambil tertawa. Apalagi bila kita menang, makin kakak deh ketawa. He he he. Bahagia ingat kisah itu.
Nah ketika ingat nostalgia di masa kecilku itu, puasa di bulan Ramadhan, saya geleng-geleng kepala. Kadang senyum manis. Kita tahu, main air batalin puasa, tapi main air juga. Anak kecil tentu belum berdosa karena belum wajib hukumnya berpuasa. Niat batalin pun tak ada.
Nostalgia Masa Kecilku di Bulan Ramadhan Bersama Nenek
Setiap bulan Ramadhan, saya mendapat jatah dengan sepupu saya menemani nenek tidur di rumahnya. Nenek saya yang merupakan mama ayah saya tinggal sendirian. Kami cucu bergantian menemani. Ramadhan bersama nenek asyik. Takjil banyak dan uang jajanpun banyak.
Dari neneklah kami belajar shalat tarawih di masjid. Bagaimana tata cara tarawih. Kami mengikuti gerak nenek. Ketika sujud, kami intip posisi nenek. Maklum, ketika itu kami belum belajar shalat tarawih.
Lelah sih. 8 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir. Tarawih dibagi 4 rakaat tahap 1 dan 4 rakat pula tahap 2. Lalu witir 3 rakaat. Sebelum tarawih, ada ceramah sesudah shalat Isya. Selama ceramah, nenek kadang peregangan. Beliau bisa mencium lutut saat peregangan. Keren elastisitas tubuh nenek.
Nah, yang lucu saat tarawih ini, ketika kami shalat, anak-anak ribut di belakang. Lari-lari, ketawa, bertengkar, berebut mainan, dan saat imam duduk tahyat akhir, mereka serempak diam. Pas kami salam, mereka ternyata juga ikut salam. Duh, lucu banget, kan?
Setelah tarawih dan witir, kamipun tadarus. Membaca Al Quran bergiliran. Kami duduk melingkar. Saling menyimak bacaan. Kebiasaan dan tradisi tadarus satu juz semalam. Sekarang sudah 3 juz, bergiliran.