Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jelang Ramadhan, Mandi Balimau dan Marpangir Menyambut Ramadhan sebagai Budaya Menyucikan Diri Bukan Hura-Hura

22 Maret 2023   21:29 Diperbarui: 22 Maret 2023   22:05 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marpangir: Foto by idhtimes.com

Bahan-bahan alami ini kami iris tipus-tipis lalu dijemur di bawah terik matahari hingga kering dan wangi. Nanti dimasukkan secara bersamaan ke air hangat sehingga menjadi satu kesatuan dengan jeruk nipis yang disebut dengan balimau dan marpangir.

Dulu, kami mandi hanya di batang sungai di kampung masing-masing. Di pemandian kampung saja. Namun, seiring melejitnya jumlah penduduk usia muda, melejitnya medsos, mudahnya transportasi, dan munculnya budaya selfie dan flexing, balimau atau marpangir sudah merambah ranah wisata lokal.

Anak muda tak lagi memakai budaya balimau dan marpangir sebagai penyucian diri. Tapi ajang ini dimanfaatkan sebagai healing, dolan, atau jalan-jalan, dan betamasya dengan pacar. Kemudian selfie-selfie dan flexing di medsos.

Saya masih ingat saat SMP, teman saya Novella (bukan nama sebenarnya). Saya diajaknya pergi balimau atau marpangir. Batang Petok nama sungainya. Lalu sesampai di tujuan, saya ditinggal di rumah temannya pula. Untung temannya cewek.

Duh, lama sekali ia meninggalkan saya. Saya pun tak tahu jalan pulang kala itu karena kami cukup jauh rasanya berjalan dari tepi jalan raya ke lokasi. Lautan manusia sangat ramai. Hampir maghrib baru ia datang menjemput saya.

Namanya balimau atau marpangir tapi tak ada pengunjung yang mandi saya lihat. Termasuk saya. Kami pun tak ada mandi. Bagaimana mau mandi dengan orang seramai itu. Yang saya lihat banyak yang berpasang-pasangan, tapi banyak juga ibu-ibu yang membawa anak.

Saat orang shalat tarawih di Masjid, barulah saya sampai di rumah. Ayah sudah menunggu di tepi jalan raya bersama anak buahnya. Saya pun pasrah dimarahi bahkan hampir digunduli. He he he. Saya sudah kelewat batas pulang soalnya.

Tapi, dalam hati saya kala itu, saya bertaubat dan bersyukur bisa sampai di rumah dengan selamat. Meski badan saya sakit dipukuli ayah, tak apalah. Syukur saya selamat. Sebab selama di luar saya sangat ngeri. Termasuk di mobil bus yang kami tumpangi.

Mungkin banyak gadis seusia saya kala itu yang tak selamat sampai di rumah. Bisa jadi dibawa teman cowok mereka raun ke sana ke mari atau menjadi korban pergaulan bebas. Yah, teman-teman saya kala kami SMP sudah banyak yang menikah muda.

Dari 60 orang kami kelas 6 di SD, hanya berdua kami sarjana. Selebihnya menikah di usia SMP dan SMA. Bila orangtua tak ketat seperti ayah saya, anak-anak mereka tak selamat dari pernikahan dini.

Akibat realita jelang Ramadhan itu, menimbulkan pro dan kontra di kalangan ulama tentang tradisi balimau dan marpangir ini. Sebab, banyak negatif daripada positifnya. Mereka bukannya menyucikan diri tapi malah berbuat kerusakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun