Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Isi Buku Diary Rina Dicuri Kak Dewi

26 Februari 2023   04:10 Diperbarui: 26 Februari 2023   06:22 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi by Fimela

Rina sedang bosan. Inspirasinya sedang bosan. Ia bosan disenyumi dan menyenyumi. Ketika seperti ini, ia akan berjalan sendiri menapaki luas lapangan basket dan luas lapangan volly. Biasanya bila bosan, ia akan berpuisi.

Tapi bosan kali ini tak bisa ia lampiaskan dengan berjalan kaki atau berpuisi. Ia ta tahu cara mengobati bosannya. Ia pun bingung harus berbuat apa. Menjambak rambut orang yang menorehkan kebosanan tak mungkin. Ia bisa dilaporkan telah melakukan tindakan kekerasan seperti Mario.

'Ah, aku bosannnnn!' Teriaknya di sebuah kertas. Lalu kertas itu remuk. Wajah Kak Dewi kembali terbayang. Kakak beda sekolah dengannya. Kakak itu bersekolah di SMP dan Rina di MTs. Sekolah mereka berhadapan-hadapan atau berseberangan jalan.

Entah apa yang memotivasi Kak Dewi membully dirinya. Perasaannya ia sudah berusaha menyapa kakak itu dengan ramah. Bahkan ia berusaha berteman dengan si kakak beda sekolah dan beda generasi itu.

Ini bermula ketika Rina dan anak kos Mak Puk lain duduk di ruang tamu kos. Ruang tamu itu memang luas. Rina paling suka duduk di sudut sambil membaca novel. Ia memilih sudut kanan terdepan agar keberadaannya tak terekspos keluar. Sebab di sebelah kos Mak Puk ada bengkel Om Is anak tertua Mak Puk.

Sama tahulah bengkel mobil, motor, dan sejenisnya bukan? Pasti banyak cowok tua , muda, dan pokoknya laki-laki lah. Ia paling malas dilihati apalagi disapa. Makanya tempat duduk terpavoritnya ya kursi sudut di kanan depan.

Hari ini juga begitu. Rina udah duduk anteng dengan novel di tangannya. Begitu juga Ayunda teman sekamarnya, udah anteng di debelahnya. Seperti biasa, seszma penggemar novel, mereka berdua tenggelam di romantisnya cerita Om Fredi S. Hingga suara cempreng Kak Tati dan yang lain terdengar.

"Rina, baca novel apa, Dek?" 

Sebetulnya Rina tak terlalu suka kepada kakak-kakak kostnya. Ia bosan dengan basa-basi mereka. Berlagak Dekkkk tapi ujungnya ada udang di balik bakwan. Pasti ada maunya. Kita lihat saja apa mau Kakak Tati bersuara cempreng  itu. Ia anak SMA lo.

"Novel, Kak." Jawab Rina dipolosin.

"Judulnya, Dek?" Rina menegakkan Novel itu. Terlihatlah judulnya, "Rintihan Angsa Putih."

"Nanti Kakak pinjam ya Dek!"

Tuh, kan. Ada maunya. "Ya." Jawab Rina pasti namun kesal di hati. Ya, harus lagi buru-buru baca biar si Kakak dapat giliran.

"Kakak juga mau baca, Yunda!" Suara Kak Eka teman sekamar Kak Tati sekarang yang terdengar.

"Ya," jawab Yunda pula. Entah tulus entah tidak. Lain lubuk lain ikannya. Lain orang lain isi hatinya.

"Aku baca diary aja, Kak Net!" Seru Kak Dewi kepada teman sekamarnya.

"Eh, Kak Net! Ada Rizal ketos MTs." Teriak Kak Dewi.

"Rizzzzzzhhh! Rizal!" Kak Dewi berdiri. Ia keluar melalui jendela yang terbuka lebar dan pendek. Jendela ruang tamu memang didesain Mak Puk rendah.

"Hei... Wi lewat pintu!" Suara cempreng Kak Tati memperingatkan. Kakak itu mengikuti Kak Dewi keluar tapi mereka lewat pintu.

"Riz! Sini bentar Kakak ada perlu!" Teriak Kak Dewi lagi.

"Riz, ada yang naksir samu kamu. Riz, kamu ganteng sekali. Rambut selalu disisir rapi. Kening mengkilat pertanda pintar. Mata tajam setajam mata elang menunjukkan kecerdasanmu. Bibir selalu tersenyum. "

"Riz, tak tahukah kamu ada hati yang selalu bosan  menimpa inspirasinya. Sehingga kaki dan semangatnya rapuh manakala berharap cintamu. Bisakah aku meraihmu, Riz? Sang Ketua OSIS yang duduk anteng di sebelah tempat dudukku?"

Ya, ampun. Rina tertunduk lesu. Jari-jarinya terkepal. Ada basah-basahnya telapak tangannya. Ia pun menautkan gigi atas dan gigi bawahnya. Ia geram sangat.

Ia menatap Rizal. Ternyata Rizal yang biasa dipanggil Riz ketua osis itu juga sedang menatapnya. Ya, Tuhan.... Hilang sudah ketampanan Riz di mata Rina. Sekarang ia malu. Tega sekali Kak Dewi membacakan isi diarynya. Bosan dengan tingkah Kak Dewi. 

Tiap hari ia harus menghadapi perempuan yang selalu menimpakan rasa kesal dan bosan di atas inspirasi ketenangan berpikir waras Rina. Hari ini giliran inspirasi di diary.

Buku hariannya. Mengapa bisa? Padahal buku yang berisi tentang peristiwa-peristiwa menarik yang dialaminya itu terkunci rapi di lemarinya.

Melalui buku harian itu, Rina mengungkapkan inspirasinya, pengalamannya, pikiran, dan perasaan yang dialaminya setiap hari kepada Riz Si Ketua OSIS dengan bahasa hati, perasaan, dan jiwa mudanya.

'Duh, Kak Dewi. Teganya dirimu. Perlahan air mata Rina merembesi pipinya. Hanya ini yang bisa ia lakukan. Malu dan Menangis.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun