"Judulnya, Dek?" Rina menegakkan Novel itu. Terlihatlah judulnya, "Rintihan Angsa Putih."
"Nanti Kakak pinjam ya Dek!"
Tuh, kan. Ada maunya. "Ya." Jawab Rina pasti namun kesal di hati. Ya, harus lagi buru-buru baca biar si Kakak dapat giliran.
"Kakak juga mau baca, Yunda!" Suara Kak Eka teman sekamar Kak Tati sekarang yang terdengar.
"Ya," jawab Yunda pula. Entah tulus entah tidak. Lain lubuk lain ikannya. Lain orang lain isi hatinya.
"Aku baca diary aja, Kak Net!" Seru Kak Dewi kepada teman sekamarnya.
"Eh, Kak Net! Ada Rizal ketos MTs." Teriak Kak Dewi.
"Rizzzzzzhhh! Rizal!" Kak Dewi berdiri. Ia keluar melalui jendela yang terbuka lebar dan pendek. Jendela ruang tamu memang didesain Mak Puk rendah.
"Hei... Wi lewat pintu!" Suara cempreng Kak Tati memperingatkan. Kakak itu mengikuti Kak Dewi keluar tapi mereka lewat pintu.
"Riz! Sini bentar Kakak ada perlu!" Teriak Kak Dewi lagi.
"Riz, ada yang naksir samu kamu. Riz, kamu ganteng sekali. Rambut selalu disisir rapi. Kening mengkilat pertanda pintar. Mata tajam setajam mata elang menunjukkan kecerdasanmu. Bibir selalu tersenyum. "