Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Enam Tips Pelajaran dari 'Ban' agar Hidup Sukses dalam Menyiasati Gelombang PHK

25 Februari 2023   15:00 Diperbarui: 25 Februari 2023   15:01 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup di era ini memang terasa berat bila kita anggap berat. Terasa biasa saja bila kita anggap biasa. Terasa ringan bila kita anggap ringan pula. Hidup akan ternikmati sesuai persangkaan yang menjalaninya.

Ada orang bilang, hidup terasa ringan bila kita sukses. Sedang sukses bersifat relatif. Berbeda-beda takaran kesuksesan sesuai fokus kita.

Bila sukses menurut kita sebatas selesai melakukan pekerjaan hari ini, berarti kita merasa sukses saat pekerjaan tuntas dan mendapat pujian dari si bos, "Keren, kerja Anda bagus hari ini! Selamat dan terima kasih!

Bisa jadi itu kata si bos atau ada kebermanfaatan pekerjaan itu. Misalnya, kita meraih untung besar dari penjualan produk hari ini hingga si bos memberi bonus. Lalu kita keluarkan 2,5 % dari bonus untuk Mama Papa kita atau untuk mertua. Bermanfaat bukan?

Ketika gelimbang PHK mengintai saat ini, sebagai akibat resesi ekonomi, kita memperbaiki loyalitas diri di tempat kerja, berarti kita menuju sukses dalam hidup. 'Usaha takkan pernah mengkhianati hasil kata pepatah bijak.'

Apa yang kita tanam itulah yang kita petik. Menanam padi, memanen padi. Menanam tomat, panen tomat. Ketika kita menanamkan loyalitas kerja tinggi, kita akan memetik hasil dipakai di tempat kerja. Kita dihafgai dan dilirik.

Mari kita perhatikan ban mobil bila kita memiliki atau mengendarai mobil. Perhatikan ban motor atau ban sepeda bila kita hanya punya motor dan sepeda. "Mengapa kita mau repot-repot ke bengkel untuk menambal ban ketika bocor?"

Jawabnya tentu praktis. Pertama, kita bukan tukang tambal ban. Kita tak memiliki keahlian dalam menambal ban. Mengapa? Bisa jadi karena tak pernah belajar. Bisa pula karena bukan keahlian kita. Bisa pula, kita tak memiliki peralatan saat itu.

Kita juga profesi tukang tambal ban, tapi kita sedang di luar daerah. Seorang tukang tambal ban tak mungkin membawa peralatannya ke mana-mana toh? Nah, yang kedua, kita akan gagal mencapai tujuan bila kita tak mengunjungi bengkel tambal ban ketika ban mobil, motor, dan sepeda bocor.

Lha, bagaimana mau melanjutkan perjalanan bila ban mobil bocor, ban motor atau sepeda yang kita gunakan sebagai alat mencapai tujuan bocor. He he he. Jalan kaki tentu bukan pilihan tepat. Naik bus atau taksi, yakin bisa? Paling gampang, ya temui tukang tambal ban.

Demikianlah dalam menjalani hidup, kita butuh skill atau keterampilan. Bahasa sederhananya butuh keahlian. Keahlian membutuhkan alat. Dua kunci ini, skill dan alat modal dasar utama kita menggapai sukses. Guru dengan perangkatnya, karyawan kantor dengan laptopnya, dan sopir dengan kendaraannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun