Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Luka Novella Ketika Pram Pamit Pulang dari Pondok

23 Februari 2023   14:25 Diperbarui: 23 Februari 2023   15:02 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tek, saya pulang. Maaf saya tak bisa menemui Vella. Tolong sampaikan kepadanya bahwa saya sudah memaafkannya. Tapi cuma sebatas memaafkan. Saya juga sudah mengurus akta perceraian kami. Dokumennya sudah ada di sini. Saya sudah menikah lagi, Tek. Sebentar lagi istri saya akan melahirkan."

Pram menyerahkan map di tangannya. Sejak menikah dengan Tinuk, ia senantiasa membawa dokumen itu ke mana saja. Berharap bertemu Vella mantan istrinya. Ternyata doanya kabul. Di kota sejuk nan damai ini ia dipertemukan tak sengaja dengan Vella.

"Pram! Mengapa kamu tak berikan langsung kepada Vella? Tek Nurma menerima map itu dengan tangan kanannya. Tangan kirinya mengusap air mata di pipinya. Ia tak menyangka Pram sudah memliki dokumen akta cerai. Ia masih berharap mereka rujuk.

Tapi Pram ternyata sudah menikah. Tak mungkin ia menyodorkan keponakannya itu lagi kepada Pram. Sedih hatinya semuda ini Vella sudah rusak. Apa mungkin Vella bernasib seperti dirinya, tak bersuami lagi karena berbuat salah dengan suami pertamanya.

Tek Nurma terpaksa merelakan saja Pram berlalu dari hadapannya. Lelaki itu melangkah pelan. Air matanya menganak sungai. Perih hatinya manakala mengingat Vella dan nasibnya.

"Tek! Ada apa?"

Nah, kan Vella sudah berdiri di sampingnya. Tek Nurma mengulurkan map itu sambil berlinang air mata. Ia menatap Vella. Vella membuka map itu. Iapun sama seperti Eteknya hanya bisa tersedu-sedu. Mereka berpelukan, suara tangis mereka terdengar  memilukan.

Jauh di lubuk hatinya, ia berharap Pram mau menerimanya kembali. Ia menafikan kesalahannya. Ternyata Pram meliriknya pun tidak. Lelaki itu malah menyodorkan akta cerai. Menyesal kemudian itu tiadalah berguna sekarang.  Perih hati Vella atas penolakan Pram ini.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Mujur Pram tak memenjarakannya. Ia hanya ditalak dan diceraikan tanpa mengungkit uang 1 M yang ia bawa kabur. "Tek, apa boleh aku mengejar, Pram?"

"Jangan Vella. Pram sudah menikah lagi. Istrinya akan melahirkan. Kamu sudah tak memilki kesempatan lagi, Nak." Tangis Tek Nurma bertambah pilu.

Vella terdiam. Bertambah ngilu di dada kirinya. Luka hati Vella kian parah ketika ia mendapati Pram akan memliki anak dengan istri keduanya. 'Duh,' keluhnya dalam hati, 'Serasa dunia tak adil padanya' bisik hatinya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun