Bermula atas perkenalannya dengan Soni Invest. Tetangga di seberang rumahnya. Soni lelaki yang memiliki reputasi sebagai pebisnis. Warga mengenal bisnisnya dengan sebutan penggandaan uang. Penggadaan uang bukan melalui perdukunan. Tapi investasi yang lagi populer saat ini. Bernama Reksadana kripto.
Ya, salah satu jenis reksadana. Reksanada yang kataya dapat dipilih untuk tujuan jangka pendek. Reksadana berupa pasar uang. Mencari uang dengan uang. Iming-imingnya, "Reksadana jenis ini stabil dan memberikan imbalan hasil lebih tinggi daripada deposito dan tabungan bank biasa," jelas Soni di pertemuan RT.Â
Warga pun berbondong ikutan. Juga Vella. Awal ia dan warga ikut, mulai bermain 500 ribu per sekali setor. Maka ia dan warga mendapat 750 ribu. Berikut Vella coba invest 2 juta. Eh, uangnya ganda menjadi 3 juta. Ia terus menggandakan uangnya.
Tabungan 300 juta pun ia mainkan hingga menjadi 500 juta di rekeningnya. Ia ketagihan. Iapun ikut berpromosi bersama si bos Soni. Ia mendapat nasabah pula. Ada 10 lebih nasabah Vella. Awalnya, nasabah Vella transfer 500 ribu. Sampai di klimaks mereka pun berani menyetor 50 juta per orang. Terkumpullah waktu itu 500 juta.
Vella tanpa curiga, setor terus kepada Soni. Begitu juga ia pribadi setor 700 juta. 500 juta yang ada di rekening banknya. 200 juta penjualan mobil dan aset salonnya. Ia memasrahkan usaha pada Kripto Soni Invest. Cuma aneh, udah 2 hari, seminggu, dua minggu, dan minggu ketiga Soni invest belum juga transfer.
Vella mulai cemas dan pias. Jantungnya nyeri saat berdenyut. Logikanya buntu. Prasangka tertipu berseliweran di kepalanya. Perlahan air matanya menetes. Takut.
Klien Vella mulai tak sabar. Apapun penjelasan yang ia beri tak mempan. Terpaksa ia menjual murah rumahnya guna mengembalikan dana nasabahnya 500 juta itu. 'Apa daya nasih sudah menjadi bubur.'
"Kembalikan uang kami, Vella! Atau mau masuk penjara kamu? Kami tunggu satu minggu ini. Bila uang kami tak kembali, awas! Penjara menanti" Itu tuntutan ibu-ibu nasabahnya.
Demikian juga warga setempat bersama Vella mendatangi rumah Soni. Ternyata rumah itu sudah ia jual. Soni sudah kabur. Duh, mereka memang tak sadar telah ditipu dan dibodohi. Mudah saja terayu, Soni.
Penampilan Soni memang khas pebisnis. Kemeja rapi dan wangi. Memakai jas dan dasi. Sepatu mengkilat. Senyum smirk.
Menenteng tas mentreng mengkilat pula setiap hari. Di tas itu ada beragam piagam dan buku tabungan berbagai bank. Ada dokumen MOU dengan lembaga pemerintah. Bahkan ia tak segan meminjamkan emas murninya bila klien ragu untuk transfer ke Soni Invest.