OCD merupakan singkatan dari Obsessive compulsive disorder. Biasa disebut OCD. Merupakan salah satu jenis gangguan mental. Membuat penderita melakukan tindakan tertentu secara berulang kali.
Lho kok mirip autis? Â Sedangkan autis merupakan sebutan bagi anak yang mengalami gangguan pada sistem saraf dan mempengaruhi perilaku sehari-hari anak.Â
Autis disebut juga dengan neurobehaviour. Seseorang yang menunjukkan gejala gangguan autis dapat diamati pada tahun ketiga setelah lahir. Tapi, tidak sedikit yang sudah mengalami autis sejak lahir.
OCD ini sedikit berkaitan dengan gangguan kecemasan dan bisa meningkat ke tahap depresi. Apakah sama OCD dan ASD?
OCD dan Autisme (Autistic Spectrum Disorder/ASD) adalah dua kondisi yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula.
OCD adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya obsesi atau pikiran yang berulang-ulang, dan mengganggu si penderita dan orang lain. Diikuti dengan kompulsi atau tindakan berulang yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang muncul akibat obsesi tersebut.
OCD biasanya tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berinteraksi sosial atau kemampuan berbicara. Namun, orang lain yang merasa terganggu.
Sedangkan kondisi Autism atau ASD merupakan kondisi neurobehavioral yang mempengaruhi perkembangan sosial dan komunikasi seseorang.
Gejala ASD bisa berbeda-beda pada tiap individu. Gejala tidaklah sama satu individu dengan individu lain. Namun, beberapa gejala pada umumnya mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial.
ASD kesulitan berkomunikasi dan berperilaku repetitif yang berulang. ASD bisa pula mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berbicara atau belajar, tapi tidak selalu terjadi pada semua individu yang mengalami kondisi ini.
Meskipun keduanya memiliki tindakan yang berulang, OCD dan ASD memiliki karakteristik dan gejala yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara kedua kondisi ini agar bisa memberikan penanganan, pengobatan, dan dukungan yang tepat bagi individu yang mengalaminya.
OCD (Obsessive Compulsive Disorder) tidaklah berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadi masalah psikologis dan sosial serius. Sebab OCD dapat menghalangi seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
OCD pun mempengaruhi hubungan dengan orang lain, menyebabkan stres dan depresi. Jika tidak diobati, OCD dikhawatirkan dapat menjadi lebih buruk. Karena itu, penting untuk mendapatkan bantuan profesional jika ada merasa mengalami gejala OCD.
Bagaimanakah cara menangani OCD dan ASD?
1. Berdiskusilah dengan ahli kesehatan mental.
Ahli kesehatan mental dapat membantu mengidentifikasi dan mengendalikan gejala OCD dan ASD. Mereka dapat memberikan terapi, obat-obatan, dan strategi mengatasi masalah gangguan ini.
2. Berlatih teknik relaksasi bisa menjadi pilihan.
Teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, dan latihan pernapasan dapat membantu seseorang mengendalikan gejala OCD dan ASD. Teknik ini tentu memerlukan bimbingan dan arahan tenaga profesional agar hasil memuaskan.
3. Berlatih keterampilan sosial.
Keterampilan sosial seperti berbicara dengan orang lain, keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilan membuat keputusan dapat membantu mengatasi masalah OCD dan ASD.
4. Berlatih keterampilan koping.Â
Keterampilan koping seperti mengidentifikasi dan mengendalikan emosi, mengatur waktu, dan beradaptasi dengan situasi baru dapat membantu mengatasi masalah OCD dan ASD.
5. Berlatih kebiasaan sehat.
Membuat kebiasaan sehat seperti berolahraga, makan makanan sehat, dan mengatur waktu tidur dapat membantu mengatasi masalah OCD dan ASD.
OCD sebagai masalah kesehatan mental umum terjadi pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa di seluruh dunia. Diagnosis OCD terjadi pada usia 19 tahun dan lebih rentan menyerang anak laki-laki dibanding anak perempuan.
Adapun penyebab OCD secara pasti belum diketahui. Tapi ada beberapa teori berikut ini mungkin di antara pemicunya:
Biologi.
OCD akibat dari perubahan kimia alami tubuh atau fungi otak.
Genetika.
Kemungkin OCD memiliki komponen genetik. Namun gen spesifik belum dapat diidentifikasi.
Dipelajari.
Ketakutan obsesif dan perilaku kompulsif dapat dipelajari dari pengamatan secara bertahap dan dipelajari dari waktu ke waktu. Seseorang yang OCD mungkin tanpa disadari mengamati dan mempelajari perilaku kompulsif dari anggota keluarganya.
Faktor Risiko OCD
Meski penyebab pasti OCD belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko munculnya gangguan kesehatan mental ini pada seseorang, yaitu:
Riwayat keluarga.
Orang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan OCD, maka ia juga dapat memilikinya. Hal ini terjadi karena pengaruh genetika.
Gangguan di otak.
Beberapa orang dengan OCD memiliki area dengan aktivitas sangat di otaknya. Selain itu, bisa juga karena rendahnya tingkat zat kimia (serotonin) di otak.
Pengalaman hidup.
OCD lebih mungkin terjadi pada orang yang memiliki pengalaman hidup yang tidak menyenangkan. Misalnya, diintimidasi, dilecehkan, atau diabaikan. Selain itu, OCD dapat mulai terjadi setelah mengalami peristiwa penting dalam hidup, seperti melahirkan atau berkabung.
Kepribadian
Orang yang terlalu rapi, teliti, metodis dengan standar pribadi yang tinggi lebih mungkin mengembangkan OCD. Gangguan ini juga umum berkembang pada orang yang memiliki kecemasan atau memiliki rasa tanggung jawab yang sangat kuat terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pendekatan agama juga bisa digunakan dalam meminimalisir OCD. Bahkan bisa menghindari kita dari penyakit mental ini. Dalam agama kita dianjurkan saling menghargai satu sama lain. Kita mengenal Hablum Minannas. Dalam pendekatan agama Islam, kita diwajibkan menjaga hubungan dengan manusia dan kepada Allah.
Hubungan manusia dengan manusialah yang disebut dengan Hablum Minannas dan hubungan manusia dengan Allah disebut Hablum Minallah.
Sedangkan Hablum Minannas berarti kita menjaga hubungan dengan sesama manusia. Senantiasa berusaha menjaga hubungan baik, bersilaturahmi, memiliki kepedulian sosial, tepa selira, tolong menolong dalam kebajikan, tenggang rasa, dan saling menghormati.
Saya masih ingat, ada seorang bidan di kampung kami. Jika ditilik, ia terkategori OCD. Ia menjadi pusat perhatian warga terutama kami kaum hawa (perempuan). Baik anak-anak hingga dewasa. Kami memberi ia gelar si Ratu bersih.
Kejadian itu setiap hari di pincuran pemandian umum. Ada 7 pincuran itu. Pincuran 1 airnya paling besar. Pincuran inilah daerah kekuasaan si bidan. Ia bisa 2--3 jam di pincuran ini. Ia santai saja menggusur kami dari pincuran 1 itu.
Bila ia memakai pincuran tak usah ditunggu. Ia mencuci tangan lama dan berulang-ulang sesudah BAB. Setiap kuku dan sela jari ia gosok berulang-ulang layaknya anak kecil bermain sabun. Berikut sambung lagi mencuci kain lap, telur mentah, ikan, dan peralatan kebunnya.
Setiap usai membersihkan satu jenis kegiatan, ia berulang mencuci tangan. Duh, kami ketika anak-anak hobi sekali menonton pertunjukannya. Kadang sampai kami terbengkali. Ketika membahas ini, ternyata kebiasaan dan obsesi bersih beliau itu bernama OCD.
Kategori OCD karena sikap semena-mena beliau menggusur kami dan siapa saja dari pincuran 1. Kebiasaan beliau sudah merusak hubungan sosial. Demikian pula rumah beliau tak boleh di datangi kami warga. Lantainya nanti kotor. He he he.
Semoga OCD beliau dianggap ibadah oleh Allah. Memberi contoh 'Bersih itu harus.' 'Harus bersih.' Kita musti bijak. Boleh meniru bersih beliau--- tapi sewajarnya. Bukan obsesi dan kompulsif hingga mengganggu kenyamanan tetangga dan merusak diri sendiri, seperti dermatitis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H