Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Apakah Risiko bagi Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua yang Suka Mengkritik?

31 Januari 2023   18:06 Diperbarui: 4 Februari 2023   05:05 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orangtua yang suka mengkritik tak akan membuat anaknya merasa kompeten dan percaya diri sehingga anak akan sulit memercayai diri sendiri dan menghindari mengambil risiko. Resiko gagal atau resiko ditolak

Kesalahan sederhana yang dilakukan anak menjadi besar. Kesalahan itu sebenarnya taklah besar. Sehingga anak akan merasa setiap kesalahan yang anak perbuat membuatnya terlihat buruk.

Kasihan, akibatnya, kesalahan paling kecil pun akan membuat anak merasa menjadi orang yang gagal. Cara mengatasinya:

Pertama, ajari anak membuat keputusan

Orangtua mulai memberikan pengambilan keputusan akan hal yang boleh atau tidak kepada anak. Hal itu bisa mempengaruhi kemampuan anak untuk mempercayai diri sendiri kembali.

Anak mungkin akan kesulitan dalam memutuskan sesuatu seorang diri. Hal ini bisa terjadi karena ia sudah sering dikritk dan kehilangan percaya dirinya maka orang tua perlu memberi motivasi. Lama-kelamaan anak akan merasa percaya diri lagi dan hanya sendiri membuat keputusan.

Kedua, mulai arahkan anak mengambil inisiatif

Seharusnya seorang anak sudah bisa mandiri dalam banyak situasi. Namun, karena orangtua sering mengkritik maka anak tak bisa berinisiatif. Mulailah mengarahkan anak dengan inisiatif. Misalnya berpesan, jika habis nasi tolong dimasak ya, Nak.

Atau tinggalkan uang di dapur lalu beri pesan, duh sambal kita habis, nanti masak telor ceplok ya. Taruh pesan di dekat uang agar anak berinisiatif beli telor di kedai dekat rumah. 

Anak yang diibesarkan oleh orangtua dengan inisiatif, tentu akan terasa sangat mudah. Ia akan mulai berpikir bahwa orangtua mengharapkan bantuannya sehingga lama -kelamaan anak percaya diri dan bisa berinisiatif.

Ketiga, puji saat terampil dan kreatif 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun